Kisah Sahabat ke 11 : Keberanian Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Mu’adz bin Al-Afra’ radhiallahu ‘anhum Membunuh Abu Jahal pada hari Peperangan Badar
Al-Bukhari dan Muslim, juga Al-Hakim dalam kitabnya,3/425, meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu, dia berkata,”Pada hari peperangan Badar, barisan orang-orang yang berperang telah berdiri. Saya melihat disebelah kiri dan kanan saya ada dua orang pemuda yang sedang berdiri. Aku berpikir seandainya aku berada ditengah orang-orang yang tangguh, maka hal ini akan lebih baik buatku (seandainya dalam keadaan terdesak apabila butuh bantuan, maka aku akan lebih mudah). Tiba-tiba kedua orang pemuda itu memegang tanganku dan berkata,”Paman, apakah kemu mengenal Abu Jahal?” Aku jawab,”Ya, aku mengenalnya. Apa yang akan kalian lakukan?” Pemuda itu menjawab,“Aku mendengar dia suka menghina Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam. Demi Dzat yang menguasai jiwaku. Apabila aku melihatnya, maka aku tidak akan melepaskannya, sampai dia yang mati atau aku yang mati.“ Aku merasa takjub dengan jawabannya itu. Pemuda kedua juga memegang tanganku dan menanyakan hal yang sama kepadaku. Maka akupun menjawab dengan jawaban yang sama pada pemuda yang pertama. Tiba-tiba ditengah medan pertempuran aku sedang melihat Abu Jahal sedang memacu kudanya, maka aku katakan kepada kedua pemuda itu,“Orang yang sedang kamu tanyakan itu sedang menuju kearahmu.“ Mendengar hal itu, kedua pemuda tadi memegang pedang masing-masing dan langsung memacu kudanya. Ketika sampai, ia langsung memainkan pedangnya hingga akhirnya Abu Jahal dapat dirobohkan. Kemudian mereka kembali kehadapan Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam dan melaporkan kejadian ini kepada beliau. Maka beliau bertanya,“Diantara kamu berdua siapa yang membunuhnya?“ Keduanya menjawab,“Aku yang membunuhnya.“ Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam bertanya,“Apakah kalian telah membersihkan pedang kalian?“ Mereka menjawab,“Belum.“ Kemudian Rasulullah shalallahu ’alahi wa sallam melihat pedang mereka berdua. Lalu beliau bersabda,“kamu berdua telah membunuhnya.“ Dan barang-barang milik Abu Jahal diputuskan untuk dibagikan kepada Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan kepada Mu’adz bin Ara’.“
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata,“Ketika aku sedang berada didalam barisan pasukan sewaktu perang Badar, disebalah kanan dan kiriku ada dua pemuda yang masih belia, aku hampir-hampir tidak percaya mereka berada ditempat itu. Salah seorang diantara mereka keduanya berbisik kepadaku agar tidak didengar kawan satunya lagi,“Hai paman, tunjukan kepadaku orang yang bernama Abu Jahal.“ Aku bertanya,“Wahai keponakanku, apa yang hendak engkau lakukan terhadap dirinya?“
Dia menjawab,“Aku telah bersumpah kepada Allah Subhana wa Ta’ala untuk membunuhnya jika melihat dirinya atau lebih baik aku mati ditangannya.“ Anak yang satunya juga melakukan hal yang sama. Aku benar-benar merasa senang melihat kedua anak itu. Setelah aku tunjukan sosok Abu Jahal, kedua anak itu melesat layaknya dua ekor burung elang dan mampu membunuh Abu Jahal.“
Ibnu Ishaq meriwayatkan didalam Al-Bidayah: 3/287, dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin Abi bakar, mereka berkata,”Bahwa Mu’adz bin Amr bin Jamuh dari Bani Salamah pernah berkata,“Abu Jahal pernah berada dalam pasukan seperti deretan bendera, dikelilingi orang-orang kafir. Aku mendengar mereka berkata,“Abul Hakam (Abu Jahal) tidak akan dapat disentuh oleh siapapun.“ Ketika mendenagar hal itu, aku ingin menghalangi dan membunuhnya. Maka aku berjalan dengan niat membunuh Abu Jahal. Ketika sasaran ada dihadapanku, maka dengan cepat aku menyerangnya dan tenaskan pedangku hingga kakinya putus pada pertengahan betisnya. Demi Allah, kakinya itu putus seperti pecahan batu yang jatuh kebawah. Anak Abu Jahal yang bernama Ikrimah berhasil menebaskan pedangnya kebahuku hingga hampir putus, tetapi masih menggantung karena kulit lengannya masih tersisa. Karena gencarnya berperang, maka rasa sakit itu tidak aku rasakan. Sepanjang hari aku berperang dengan menggantungkan lengan yang hampir putus ke belakang, Ketika aku merasa kesakitan, maka aku menginjak lenganku itu dan menariknya hingga kulitnya yang menggantung itu pun putus, lalu aku lemparkan potongan lenganku itu.“
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata,“Ketika aku sedang berada didalam barisan pasukan sewaktu perang Badar, disebalah kanan dan kiriku ada dua pemuda yang masih belia, aku hampir-hampir tidak percaya mereka berada ditempat itu. Salah seorang diantara mereka keduanya berbisik kepadaku agar tidak didengar kawan satunya lagi,“Hai paman, tunjukan kepadaku orang yang bernama Abu Jahal.“ Aku bertanya,“Wahai keponakanku, apa yang hendak engkau lakukan terhadap dirinya?“
Dia menjawab,“Aku telah bersumpah kepada Allah Subhana wa Ta’ala untuk membunuhnya jika melihat dirinya atau lebih baik aku mati ditangannya.“ Anak yang satunya juga melakukan hal yang sama. Aku benar-benar merasa senang melihat kedua anak itu. Setelah aku tunjukan sosok Abu Jahal, kedua anak itu melesat layaknya dua ekor burung elang dan mampu membunuh Abu Jahal.“
Ibnu Ishaq meriwayatkan didalam Al-Bidayah: 3/287, dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin Abi bakar, mereka berkata,”Bahwa Mu’adz bin Amr bin Jamuh dari Bani Salamah pernah berkata,“Abu Jahal pernah berada dalam pasukan seperti deretan bendera, dikelilingi orang-orang kafir. Aku mendengar mereka berkata,“Abul Hakam (Abu Jahal) tidak akan dapat disentuh oleh siapapun.“ Ketika mendenagar hal itu, aku ingin menghalangi dan membunuhnya. Maka aku berjalan dengan niat membunuh Abu Jahal. Ketika sasaran ada dihadapanku, maka dengan cepat aku menyerangnya dan tenaskan pedangku hingga kakinya putus pada pertengahan betisnya. Demi Allah, kakinya itu putus seperti pecahan batu yang jatuh kebawah. Anak Abu Jahal yang bernama Ikrimah berhasil menebaskan pedangnya kebahuku hingga hampir putus, tetapi masih menggantung karena kulit lengannya masih tersisa. Karena gencarnya berperang, maka rasa sakit itu tidak aku rasakan. Sepanjang hari aku berperang dengan menggantungkan lengan yang hampir putus ke belakang, Ketika aku merasa kesakitan, maka aku menginjak lenganku itu dan menariknya hingga kulitnya yang menggantung itu pun putus, lalu aku lemparkan potongan lenganku itu.“