Categories

Kisah Sahabat r.hum

1.Kisah Rasa Takutnya Abu Bakar رضي الله عنه Kepada Allah SWT

2.Kisah Rasa Takut Umar bin Khathab رضي الله عنه

3.Kisah uang Tunjangan Abu Bakar رضي الله عنه dari Baitul-Mal

4.Kisah Uang Tunjangan Umar bin Khathab رضي الله عنه dari Baitul-Mal

5.Kisah Penderitaan Khabab bin Al-Arat رضي الله عنه

6.Dakwah Abu Hurairah رضي الله عنه kepada Ibunya

7.Akhlak Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dalam berdakwah kepada manusia

8.Kesabaran Ustman bin Affan رضي الله عنه Dalam Menanggung Penderitaan

9.Kesabaran Thalhah bin Ubaidilah رضي الله عنه Dalam Menanggung Penderitaan

10.Sa’ad رضي الله عنه adalah Orang yang Pertama Melempar Panah di Jalan Allah dan Membunuh Tiga Orang dengan Satu Anak Panah

11.Keberanian Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Mu’adz bin Al-Afra’ r.hum Membunuh Abu Jahal pada hari Peperangan Badar

12.Biografi Abu bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه">

13.Meninggalnya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم Dan Kepemimpinan Abu Bakar رضي الله عنه

14.Pengangkatan Abu Bakar Ash-Sidiq رضي الله عنه Menjadi Khalifah

15.Keberanian Hamzah bin Abdul Mutthalib رضي الله عنه

16.Wasiat Abu Bakar رضي الله عنه kepada Umar رضي الله عنه

17.Kecintaan para Sahabat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم

18.Para Sahabat Melintas Sungai Dajlah

19.Keberanian Az-Zubair bin Al-Awwam رضي الله عنه

20.Wasiat Abu Bakar رضي الله عنه kepada Umar رضي الله عنه


Share/Save/Bookmark
Kisah Shahabat

Ketika menempuh padang pasir yang panas bagai menyala dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah yang terkenal itu, ia masih merupakan janin dalam rahim ibunya. Demikianlah telah menjadi taqdir bagi Abdullah bin Zubeir melakukan hijrah bersama

Ibnu Sa’ad meriwayatkan sebuah kisah dari Miqdad bin Amr radhiyallahu ‘anhu. Berikut ini penuturan dari Miqdad radhiyallahu ‘anhu,” Aku telah menawan Hakam bin Kaisan dan ia diputuskan oleh panglima supaya dbunuh, hingga ia kami hadapkan kepada Rasulullah dan beliau mengajaknya masuk Islam dengan kalimat

lbnu Abi Syaibah telah memberitakan dari As-Sya'bi, bahwa ada seorang wanita menyerahkan sebilah pedang kepada anaknya pada hari perang Uhud, tetapi malangnya sang anak tidak kuat mengangkatnya, lalu pedang itu diikatkannya pada lengan anak itu. Kemudian dia mengajak anak itu menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم seraya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Ini anakku, dia dapat mempertahankanmu dari musuhmu!

Di dalam versi yang dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Abu Ya'la dari Said bin Abu Rasyid, katanya: Aku pernah menemui orang Tanukhi (dari negeri Tanukh) yang menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم di Himsh (Syam), dan ketika itu dia seorang yang sudah sangat tua, dan dia tetanggaku maka

Ada banyak riwayat yang mengatakan, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak akan memulai peperangan, kecuali sesudah menyeru terlebih dahulu untuk memeluk Islam.
(Nashbur-Raayah 2:278; Majma'uz-Zawa'id 5:304; Kanzul Ummal 2:298).

Bazzar telah memberitakan dari Dihyah Al-Kalbi رضي الله عنه . katanya: Aku telah diutus oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan membawa sepucuk surat kepada Kaisar, Pembesar Romawi. Bila aku tiba di negerinya, aku terus mendatanginya, lalu aku serahkan surat itu kepadanya, sedang di sampingnya keponakannya yang

Ibnu Abi Syaibah, Abu Ubaidah, An-Nasa'y, Abu Ya'la, Al-Baihaqy dan Ibnu Hibban mentakhrij dari Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه , dia berkata,

Imam Ahmad telah memberitakan dari putera Sa'ad, sedang ayahnya, Sa'ad رضي الله عنه sendiri yang menunjukkan jalan ke Rakubah (perjalanan di antara Makkah dengan Madinah). Berkata putera Sa'ad, bahwa ayahku telah menceritakan kepadaku, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama-sama dengan Abu

Khalid annd Ubaadah narrate that Amr bin Al Aas رضي الله عنه marched to Egypt after Umar  رضي الله عنه had returned to Madinah (from Shaam). Zubayr رضي الله عنه followed him (with another battalion) and the two joined up when Amr bin Al Aas رضي الله عنه reached a place called ilyoon. There they were met by the

Ibnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dia berkata, "Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:

Ibnu Asakir telah mengeluarkan dari Said bin Al-Musaiyib, dia berkata: Orang pertama yang menghunus pedangnya fi sabilillah ialah Az-Zubair bin Al-Awwam رضي الله عنه Pada suatu hari, sedang dia sibuk dengan kerjanya, tiba-tiba terdengar olehnya desas-desus bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah dibunuh orang.

Abu Nu'aim mentakhrij dari Ibnu Rufayl, dia berkata, "Ketika Sa'ad رضي الله عنه datang ke Bahurasyair, yaitu suatu daerah lembah paling bawah sebelah barat sungai Dijlah (sungai Tigris, sungai yang melalui Baghdad) atau dekat dengan daerah Syair. Sa'ad رضي الله عنه kemudian meminta dicarikan perahu-perahu untuk memindahkan orang-orang dari daerah di lembah itu ke daerah di seberang yang lebih tinggi. Akan tetapi mereka ditakdirkan tidak mendapatkan perahu atau yang sejenisnya dan mereka mengetahui bahwa perahu-perahu itu telah diambil oleh orang-orang Parsi.

Mereka kemudian tinggal di daerah itu untuk beberapa hari. Pasukan Muslimin telah meminta Sa'ad  رضي الله عنهuntuk melanjutkan perjalanan. Sebagaimana mereka ingin meninggalkan daerah itu Sa'ad رضي الله عنه pun menginginkannya tapi ia melarang untuk kebaikan pasukan Muslimin sehinggalah datang seorang Ajlaj (orang kafir ajam) kepad Sa'ad رضي الله عنه Orang Ajlaj itu menunjukkan Sa'ad رضي الله عنه tempat yang airnya sedikit yang mana orang-orang dapat melaluinya dengan berjalan atau berkuda ke seberang. Tapi Sa'ad رضي الله عنه menolaknya dan sedikit ragu-ragu untuk pergi ke sana. Air yang sedikit itu pun pasang naik menyebabkan orang-orang Muslim terkejut.

Malam hari, Sa'ad رضي الله عنه bermimpi dalam tidurnya bahwa orang-orang Muslimin melewati sungai itu. Dengan takwil mimpinya Sa'ad ra. ber'azam bahwa orang-orang Muslim akan menyeberangi sungai itu. Sa'ad رضي الله عنه lalu mengumpulkan orang-orang dan kemudian dia memuji Allah SWT dan meninggikan sifat-sifat kemuliaan Allah SWT, kemudian ia berkata, "Sesungguhnya musuhmu (pasukan Parsi) telah menjadikan sungai ini sebagai tameng pelindung sehingga kamu tidak dapat sampai ke sana. Akan tetapi mereka dapat ke sini jika mereka mau dan dapat melawan kalian dengan menggunakan perahu-perahu yang mereka miliki sementara sebagian kamu takut karena tidak mempunyai apa-apa. Saya berkeinginan untuk menyeberangi sungai ini". Semua mereka kemudian berkata, "Allah SWT beri ke'azaman kepada kita dan engkau (Sa'ad رضي الله عنه) adalah pemimpin di antara kami dan memberikan keputusan yang baik bagi kami (yaitu sifat tha'at mereka kepada pimpinan)".

Kemudian Sa'ad رضي الله عنه menyiapkan pasukan Muslimin untuk menyeberang. Sa'ad رضي الله عنه berkata, "Siapa yang siap menjaga kita di barisan belakang dari pasukan Parsi? Maka dipilihlah 'Asham bin 'Amrin sebagai ketua pasukan yang berjaga di belakang. Bersama 'Asham ada 600 orang pasukan Muslimin yang dipilih dari orang-orang yang pemberani.

Setelah itu mereka bergerak ke tepi Dijlah, Sa'ad رضي الله عنه berkata, "Siapa yang siap melindungi kita dari musuh di bagian depan?. Maka kemudian 60 orang dari mereka dipilih untuk berada di barisan terdepan. Kemudian pasukan Muslim yang lainnya dibagi menjadi dua kelompok antara yang mengendarai kuda dan yang tidak serta yang lelaki dan perempuan untuk mempermudah pergerakan pasukan tersebut menyeberangi Dijlah.

Bila Sa'ad رضي الله عنه melihat ke bagian belakang dan sudah dalam keadaan terjaga maka ia memerintahkan orang-orang untuk menyeberang dan Sa'ad رضي الله عنه berkata, "Katakanlah Tasta'inubillaah... Dan mereka semua menyeberangi Dijlah tanpa sedikitpun telapak kaki mereka menyentuh permukaan air sambil saling bercakap-cakap di antara mereka (yaitu tanpa rasa takut sedikitpun).

Orang-orang Parsi terkejut dan tidak mengira pasukan Muslim dapat berjalan di atas air sehingga mereka ketakutan lalu melarikan diri serta mengambil semua perbekalan mereka. Pasukan Muslim masuk ke daerah itu pada bulan Safar tahun 16 H.

(Ad-Dalail, 208)

Terbelahnya Dijlah

Ditakhrijkan oleh Abu Nu'aim dari Abubakar bin Hafs bin 'Umar, dia berkata, "Salman Al-Farisi  رضي الله عنهdan Sa'ad رضي الله عنه berjalan berpasang-pasangan dan Sa'ad رضي الله عنه berkata, 'Hasbunallah Sungguh Allah akan menolong wali-wali Nya dan Allah mengembangkan Agama ini dan Allah akan mengalahkan musuh-Nya, jika di dalam pasukan ini tidak ada kefasadan kedzulumatan) atau dosa maka akan mendapatkan hasanah (pertolongan). Dan kemudian Salman ra. berkata, 'Sungguh Islam ini baru, Allah SWT akan menundukkan sungai ini (Dijlah) sebagaimana Allah SWT telah menundukkan bumi (daratan) kepada kita, demi Allah yang diri Salman berada di dalam genggamanNya.

Lalu sungai Dijlah itu terbelah sehingga tidak nampak air sedikitpun di bagian yang terbelah itu dan pasukan Muslim ketika melaluinya mereka berbicara lebih banyak dibandingkan ketika mereka di darat (menunjukkan mereka dalam keadaan yang tidak ada rasa takut dan dalam keadaan tenang). Pasukan Muslim yang berkelompok kelompok keluar darinya sebagaimana mereka masuk kedalam Dijlah. Mereka keluar dari sungai itu sama sebagaimana sumpah Salman ra. Mereka tidak kehilangan sesuatu apa pun dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mati (tenggelam).
(Ad-Dalaail, 209)

Yaum al-Jaratsim

Ditakhrijkan oleh Ibnu Jarir dari 'Umar Ash Shaidy, dia berkata, "bila Sa'ad  dan orang-orang Muslim masuk ke Dijlah dengan berdua-dua (berpasangan), Salman ra. berjalan bersama Sa'ad ra., mereka berjalan di atas air. Sa'ad ra. berkata, 'Dzalika taqdiirul 'aziizil 'aliim' (Yaasin:38), dan apabila air itu meninggi maka kuda-kuda mereka juga naik, (para sahabat dapat merasakan) kuda-kuda itu dalam keadaan tenang sebagaimana di daratan. Di Madain tidak pernah terjadi hal seperti ini maka hari itu disebut Yaum al-Maa' (hari air) dan mereka panggil juga hari itu sebagai Yaum al-Jaratsim (hari tempat-tempat yang tinggi).
(Tarikh Ibnu Jarir, 3:122)

Abu Nu'aim mentakhrijkan dari 'Umar Ash Shaidy sama seperti yang lain sampaikan kecuali tidak ada dikawasan Madain kejadian ajaib dan karena itu hari tersebut dipanggil Yaum al-Jaratsim. Tidak ada satu pun dari mereka di hari itu kecuali dalam keadaan gembira. (Ad-Dalaail, 29)

DitundukkanNya Sungai Dijlah bagi Pasukan Muslimin sewaktu Penaklukan Madain

Ibnu Hatim mentakhrij dari Habib bin Dhabyan, dia berkata, "Seseorang dari pasukan Muslimin yang bernama Hajar bin Ady berteriak, "mengapa kalian tiadak segera menyerbu musuh dengan menyeberangi sungai ini (Dijlah/Tigris)? Sementara Allah telah berfirman, 'Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya'."

Setelah itu ia terjun ke sungai dengan tetap menunggang kudanya, prajurit Muslim lainnya juga mengikuti langkahnya. Ketika musuh melihat apa yang dilakukan oleh pasukan Muslimin mereka berkata, "diiwaan (bentuk jamak kata diiwa, bahasa Parsi yang berarti Jin Ifrit)". Lalu mereka melarikan diri.
(Sebagaimana di dalam Tafsir Ibnu Katsir, 1/410.)

Kecintaan Seorang Sahabat رضي الله عنه
Dari 'Aisyah  رضي الله عنه katanya, "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم seraya berkata, "Wahai Rasulullah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri dan engkau lebih aku cintai daripada orang tuaku. Jika aku berada di rumah, aku senantiasa merindukan dan tak sabar untuk secepatnya dapat bertemu dan melihatmu. dan apabila aku teringat kematianku dan kematianmu, tetapi aku tahu engkau kelak dimasukan ke dalam surga, tentunya engkau akan ditempatkan di surga yang paling tinggi beserta para Nabi. Sedangkan jika aku dimasukkan ke dalam surga, aku takut jika kelak tidak dapat melihatmu lagi". Nabi صلى الله عليه وسلم tidak menjawab ucapan orang tersebut sampai Jibril menurunkan firman Allah,

Artinya: Dan barang siapa mencintai Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan merekalah teman yang sebaik-baiknva. (An Nisaa': 69)

(Thabrani, Abu Nuaim. Al-Hilyah. 4/240)

Dari Ibnu Abbas  رضي الله عنه dikatakan ada seorang lelaki datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم seraya berkata. "Wahai Rasulullah aku sangat mencintaimu dan selalu mengingatimu. tapi vang aku takutkan jika kelak engkau dimasukkan ke dalam surga di tingkat yang paling tinggi sedangkan aku dimasukkan di tempat yang tidak sama denganmu, maka aku takut tidak dapat lagi melihatinu kelak di akhirat". Rasulullah SAW tidak menjawab ucapan lelaki itu sampai Allah menurunkan fimian-Nya. Wa man yutiillah war Raszila fa ulaika ma'al ladzina...(An Nisaa': 69). Setelah itu Rasulullah صلى الله عليه وسلم membacakan ayat tersebut di hadapan lelaki itu dan mendoakanya."
(Thabrani, Al-Haitsami. 4/7)

Kecintaan Sa'ad bin Mu'adz رضي الله عنه
Dari Abdullah bin Abu Bakar  رضي الله عنه., '.Sesungguhnya Sa'ad bin Muadz  رضي الله عنه, berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم "Ya Rasulullah. maukah engkau kami buatkan sebuah benteng dan kami siapkan di sisimu sebuah kendaraan. Kemudian kami maju berhadapan dengan musuh, jika kami diberi kemenangan oleh Allah maka itulah yang kami harapkan. tapi jika terjadi sebaliknya, maka engkau dapat segera pergi dengan kendaraan ini. menemui pasukan kita yang masih ada di belakang kita. sebab di belakang kami tertinggal sejuklah kaum yang sangat mencintaimu. Sungguh andaikata mereka tahu bahwa engkau akan berperang pasti mereka akan ikut semuanya. Akan tetapi di karenakan mereka tidak tahu bahwa engkau akan menemui pasukan musuh seperti ini. maka tidaklah heran jika sebagian orang tidak ikut bersama engkau."Maka Rasullah صلى الله عليه وسلمmenyatakan terimakasihnya dan mendoakan kebaikan baginva, kemudian mereka membangunkan sebuah benteng bagi Nabi
(Ibnu Ishaq, Al-Bidayah 3/268)

Ibnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar رضي الله عنه, dia berkata, "Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:

'Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar رضي الله عنه pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal masanya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan.'

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3:146. Ibnul-Mubarak, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim meneluarkan dari Abdurrahman bin Sabith رضي الله عنه, dia berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar رضي الله عنه memanggil Umar رضي الله عنه, lalu dia berkata kepadanya,

"Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan amalan yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah menetapkan amalan yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak nienerima yang sunat sebelum yang wajib dikerjakan."

Begitulah yang disebutkan di dalarn Al-Kanzu, 4:363. Ibnu Sa'd mentakhrij dari AI-Muththalib bin As-Sa'ib bin Abu Wada'ah رضي الله عنه, dia berkata, "Abu Bakar menulis surat kepada Arw bin Al-Ash, yang isinya: 'Aku sudah menulis surat kepada Khalid bin AI-Walid agar dia bergabung ke pasukanmu dan mernbantumu. Jika dia sudah datang, inaka hergaullah yang baik, jangan merasa lebih tinggi darinya, jangan memutuskan perkara sendirian karena engkau merasa lebih tinggi darinya dan dari yang lain, berrnusyawarahlah dan janganlah berselisih dengan mereka. Begitulah yang disebutkan di dalam AI-Kanzu, 31133.

Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na'amah (Bangau). Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na'amah itu? Maka orang berkata: Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib. Sambut orang itu lagi: Dialah orang yang banyak memalu kita di dalam peperangan itu.
(Majma'uz Zawa'id 6:81)

Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf رضي الله عنه dia berkata: Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na'amah di dadanya pada perang Badar itu? jawabku: Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: Dialah orang yang banyak memalu kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita. (Majma'uz Zawa'id 6:81)

Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah رضي الله عنه dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم mencari-cari Hamzah pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: Di mana Hamzah? Maka salah seorang di situ menjawab: Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa RasulNya! Ya Allah, ya Tuhanku! Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentera Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentera Islam yang melarikan diri! Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Bila Beliau melihat dahinya, Beliau menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau menarik nafas panjang. Kemudian Beliau berkata: Tidak ada kain kafan buatnya?! Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah berkata: Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah pada hari kiamat.
(Hakim 3:199)


Cerita Wahsyi ra.

Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu'awiyah ra... dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah ra.), maka kami berkata kepadanya: Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah رضي الله عنه Wahsyi bercerita: Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagai mana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah SAW ketika Beliau bertanya ceritanya dariku.

Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth'im, dan pamannya yang bernama Thu'aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Apabila kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan. Bila tentera Quraisy keluar ke medan Uhud, aku turut keluar bersama mereka. Aku seorang Habsyi yang memang mahir untuk melempar pisau bengkok, dan sebagaimana biasanya orang Habsyi, jarang-jarang tidak mengenai sasaran apabila melempar. Apabila kedua belah pihak bertempur di medan Uhud itu, aku keluar mencari-cari Hamzah untuk kujadikan sasaranku, sehingga aku melihatnya di antara orang yang bertarung, seolah-olahnya dia unta yang mengamuk, terus memukul dengan pedangnya segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Aku pun bersiap untuk menjadikannya sasaranku. Aku lalu bersembunyi di balik batu berdekatan dengan pohon yang dia sedang bertarung, sehingga apabila dia datang berdekatan denganku, mudahlahlah aku melemparkan pisau racunku itu.

Tatkala dia dalam keadaan begitu, tiba-tiba datang menyerangnya Sibak bin Abdul Uzza. Apabila Hamzah  رضي الله عنه melihat Sibak datang kepadanya, dia berteriak: Mari ke sini, siapa yang hendak mencari maut! Dipukulnya dengan sekali pukulan kepalanya terus berguling di tanah. Maka pada ketika itulah, aku terus mengacung-acungkan pisau bengkokku itu, dan apabila aku rasa sudah tepat sasaranku, aku pun melemparnya kepada Hamzah mengenai bawah perutnya terus rnenembusi bawah selangkangnya. Dia mencoba hendak menerkamku, tetapi dia sudah tidak berdaya lagi, aku lalu meninggalkannya di situ sehinggalah dia mati. Kemudian aku kembali lagi untuk mengambil pisau bengkokku itu, dan aku membawanya ke perkemahan kami. Aku duduk di situ menunggu, dan aku tidak punya hajat yang lain, selain dari hendak membunuh Hamzah agar aku dapat dimerdekakan oleh tuanku.

Apabila kami kembali ke Makkah, seperti yang dijanjikan oleh tuanku, aku dimerdekakan. Aku terus tinggal di Makkah. Dan apabila kota Makkah ditakluki oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم aku pun melarikan diri ke Tha'if dan menetap di sana. Apabila rombongan orang-orang Tha'if bersiap-siap hendak menemui Rasulullah SAW untuk memeluk Islam, aku merasa serba salah tidak tahu ke mana harus melarikan diri. Aku berfikir, apakah aku harus melarikan diri ke Syam, atau ke Yaman, ataupun ke negeri-negeri lainnya, sampai kapan aku akan menjadi orang buruan?! Demi Allah, aku merasakan diriku susah sekali. Tiba-tiba ada orang yang datang kepadaku memberi nasehat: Apa yang engkau susahkan? Muhammad tidak membunuh orang yang masuk ke dalam agamanya, dan menyaksikan syahadat kebenaran! Aku tidak ada jalan melainkan menerima nasehat itu. Aku pun menuju ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW Memang tiada disangka-sangkanya melainkan dengan tiba-tiba Beliau melihatku berdiri di hadapannya menyaksikan syahadat kebenaran itu. Beliau lalu menoleh kepadaku seraya berkata: Apakah engkau ini Wahsyi? Jawabku: Saya, wahai Rasulullah! Beliau berkata lagi: Duduklah! Ceritakanlah bagaimana engkau rnembunuh Hamzah?! Aku lalu menceritakan kepadanya seperti aku menceritakan sekarang kepada kamu berdua.

Apabila selesai bercerita, Beliau berkata kepadaku: Awas! Jangan lagi engkau datang menunjukkan wajahmu kepadaku! Kerana itu aku terus-menerus menjauhkan diri dari Rasulullah SAW supaya Beliau tidak melihat wajahku lagi, sehinggalah Beliau wafat meninggalkan dunia ini. Kemudian apabila kaum Muslimin keluar untuk berperang dengan Musailimah Al-Kazzab, pemimpin kaum murtad di Yamamah, aku turut keluar untuk berperang dengannya. Aku bawa pisau bengkok yang membunuh Hamzah itu. Ketika orang sedang gawat bertempur, aku mencuri-curi masuk dan aku lihat Musailimah sedang berdiri dan di tangannya pedang yang terhunus, maka aku pun membuat persiapan untuk melemparnya dan di sebelahku ada seorang dari kaum Anshar yang sama tujuan denganku. Aku terus mengacung-acungkan pisau itu ke arahnya, dan apabila aku rasa sudah boleh mengenai sasarannya, aku pun melemparkannya, dan mengenainya, lalu orang Anshar itu menghabiskan hidupnya dengan pedangnya. Aku sendiri tidak memastikan siapa yang membunuh Musailimah itu, apakah pisau bengkokku itu, ataupun pedang orang Anshar tadi, hanya Tuhan sajalah yang lebih mengetahui. Jika aku yang membunuhnya, maka aku telah membunuh orang yang terbaik pada masa hayat Rasulullah SAW dan aku juga sudah membunuh orang yang paling jahat sesudah hayat Beliau.
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:18)

Bukhari telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru رضي الله عنه sebagaimana cerita yang sebelumnya, cuma apabila orang ramai berbaris untuk berperang, lalu keluarlah Sibak seraya menjerit: Siapa yang akan melawanku? Hamzah pun keluar untuk melawannya, lalu Hamzah berkata kepadanya: Hai Sibak! Hai putera Ummi Anmar, tukang sunnat orang perempuan! Apakah engkau hendak melawan Allah dan RasulNya? Hamzah رضي الله عنه lalu menghantamnya dengan suatu pukulan yang keras menghabiskannya.

Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir رضي الله عنه dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad صلى الله عليه وسلم hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!

Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir رضي الله عنه katanya, bahwa pada suatu ketika Umar رضي الله عنه menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah رضي الله عنه. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah رضي الله عنه dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar رضي الله عنه (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi SAW memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah رضي الله عنه makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah رضي الله عنه dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah رضي الله عنه katanya: sering kali kita duduk sampai empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah رضي الله عنه lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah صلى الله عليه وسلم kenyang dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi: Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah SAW dari roti syair dua hari berturut-turut sehingga beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah SAW telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air.
(Kanzul Ummal 4:38)

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah رضي الله عنه.: Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan رضي الله عنه secara mursal, katanya: Rasulullah صلى الله عليه وسلم selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah SAW makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas رضي الله عنه. katanya: Rasulullah صلى الله عليه وسلم sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar. Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah SAW mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan. Dan Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)

Pernah Fathimah binti Rasulullah صلى الله عليه وسلم datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah ra: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah SAW maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad رضي الله عنه dia berkata: Tidak pernah Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia. Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi: Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah رضي الله عنه katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah SAW lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah SAW pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)

Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair رضي الله عنه dan dia ini dari para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi صلى الله عليه وسلم merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda: Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'

Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah رضي الله عنه dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi صلى الله عليه وسلم ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya!
(At-Targhib Wat-Tarhib 3:420).

Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry رضي الله عنه di dalam sebuah hadits, dia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda,
"Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.

Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay رضي الله عنه, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah  صلى الله عليه وسلم bersabda,
"TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141
Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari IbnuAbbas رضي الله عنه bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata,
"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi."
Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab,
"Aku pilih menjadi hamba dan nabi."
Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary dan An-Nasa'y. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48.

Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas رضي الله عنه dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah صلى الله عليه وسلم , yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
"Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu."
"Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?"
Al-Hakim juga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas رضي الله عنه, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda, "Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dia telah mendurhakai Allah. Begitu pula, barangsiapa yang mentaati petugasku, maka dia telah mentaatiku, dan barangsiapa mendurhakai petugasku, maka dia telah mendurhakaiku.' (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. lagi, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: 'Semua ummatku akan memasuki syurga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaatiku akan memasuki syurga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang enggan memasuki syurga.'(Riwayat Bukhari)

Jabir ra. bercerita, katanya: Suatu peristiwa datanglah beberapa Malaikat kepada Nabi SAW ketika beliau sedang tidur, lalu mereka berkata: Bahwa sesungguhnya teman kamu ini dapat diberikan beberapa perumpamaan, cobalah berikan perumpamaan baginya! Maka berkata yang satu: Dia ini sedang tidur. Yang lain berkata: Meskipun matanya tidur, namun hatinya tetap sadar! Lalu berkata pula Malaikat yang lain: Perumpamaan temanmu ini ialah perumpamaan seorang lelaki yang baru selesai membangun sebuah rumah, lalu dia pun mengadakan undangan makan, dan mengundang orang datang kepadanya. Jadi, sesiapa yang menerima undangan itu, dia akan memasuki rumah itu, dan dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan itu. Dan sesiapa yang menolak undangan itu, tidak akan memasuki rumah itu, dan tidak dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan di situ!
Kemudian berkata Malaikat yang mendengar perumpamaan itu: Jelaskanlah perkara ini kepadanya (Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم ) supaya dia mengertinya! Lalu ada Malaikat yang berkata: Bukankah dia sedang tidur?! Jawab yang lain: Bukankah sudah aku katakan; matanya saja yang tidur, namun hatinya sadar (dapat menangkap maksud dari berita ini). Maka para Malaikat itu pun berkata: Rumah itu diibaratkan dengan 'Syurga', dan orang yang mengundang itu ialah 'Muhammad' itu sendiri. Tegasnya, siapa saja yang mentaati Muhammad, maka dia mentaati Allah. Dan siapa saja yang mendurhakai Muhammad, maka dia mendurhakai Allah. Dan Muhammad itu adalah penengah (di antara Allah) dengan manusia! (Riwayat Bukhari) Ad-Darimi juga mengeluarkan cerita yang sama dari Rabitah Al-jarasyi ra. dengan maksudnya yang sama (kitab: Al-Misykah, hal. 21)
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra. bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: 'Hanyalah perumpamaanku dan perumpamaan apa yang diutus Allah kepadaku adalah perumpamaan seorang lelaki yang datang kepada suatu kaum, lalu dia berkata kepada mereka: Hai kaumku! Saya lihat dengan mataku sendiri, ada suatu bala tentara yang datang, dan saya adalah pemberi peringatan yang telanjang (dapat dimaksudkan: yang paling jujur), maka selamatkanlah diri kamu! Selamatkanlah! Kerana itu ada di antara kaumnya yang mentaatinya, maka dari sejak malam mereka telah keluar melarikan diri dengan secara teratur, hingga akhirnya mereka selamat. Ketika sekumpulan yang lain telah mendustakannya, dan mereka terus menetap di tempat mereka. Akhirnya, mereka sejak pagi buta telah diserang oleh bala tentara (musuh) itu, yang membinasakan mereka serta memukul bersih apa saja yang ada di hadapannya. Itulah dia perumpamaan siapa yang mentaatiku serta menuruti apa yang saya sampaikan kepadanya. Demikian pula perumpamaan siapa yang menderbakaiku serta mendustakan apa yang saya sampaikan kepadanya dari perkara kebenaran itu.' (Riwayat Darimi)
Razin telah membawa suatu berita dari Umar ra. yang dirafakkannya kepada Rasulullah SAW sabdanya: Aku sudah menanyakan Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku sepeninggalku, lalu Allah mewahyukan kepadaku, katanya: Wahai Muhammad! Sesungguhnya semua para sahabatmu itu dalam pandanganku adalah umpama bintang-bintang di langit, setengah mereka lebih teguh dari setengah yang lain, namun bagi setiap satu darinya ada cahayanya yang tersendiri. Maka barangsiapa yang mengambil sesuatu dari apa yang ada pada diri mereka tanpa memandang pada perselisihan mereka itu, maka dia itu dalam pandanganku berada di atas kebenaran. Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم pun berkata: Para sahabatku itu seumpama bintang-bintang maka siapa saja dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk. (Jam'ul-Fawa'id 2:201)
Dari Al-Irbadh bin Sariyah ra. yang menceritakan suatu peristiwa, katanya: Pada suatu hari Rasulullah SAW telah mengimami kami satu shalat, dan sesudah selesai shalat, beliau lalu menghadapkan wajahnya kepada kami serta menyampaikan suatu pidato yang sungguh berkesan sekali pada diri kami, sehingga bercucuranlah air mata kami dan gemetarlah segala urat perut kami. Sehabis pidato itu, telah bangun seorang lelaki berkata: Ya Rasulullah! Seolah-olah pidato ini adalah suatu pidato terakhir untuk mengucapkan selamat tinggal! Jadi, apakah yang patut engkau pesankan untuk kami?! jawab beliau: Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah, selalu mendengar perintah dan mentaatinya, walaupun yang memerintah itu seorang hamba habsyi (yang hitam warna kulitnya). Kerana sesungguhnya, siapa saja yang hidup di antara kamu sesudahku nanti dia akan melihat perselisihan-perselisihan yang banyak. Maka ketika itu, hendaklah kamu berpegang teguh kepada perjalananku dan pejalanan para Khulafaur-Rasyidin yang sudah tertunjuk (oleh hidayatku), hendaklah kamu berpegang kuat dengannya, dan gigitlah dia dengan gigi geraham kamu. Berhati-hatilah kamu dengan mengada-adakan (hukum) yang baru, kerana setiap hukum yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat! (Riwayat Tarmidzy dan Abu Daud)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra. telah merafakkan bicara ini kepada Nabi صلى الله عليه وسلم sabdanya: Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan berada bersama-sama kamu. Tetapi aku mengingatkan kamu supaya mengikuti dua orang ini sepeninggalku. Lalu beliau menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar radhiallahu-anhuma. Sambungnya lagi: Ambillah petunjuk yang diberikan Ammar, dan dengar apa yang dibicarakan Ibnu Mas'ud dan percayailah dia!(Riwayat Tarmidzy)
Dari Bilal bin Al-Haris Al-Muzani ra. bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: 'Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnat (jalan) dari sunnatku yang telah ditinggalkan orang sepeninggalku, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengamalkannya sesudah itu, tiada dikurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka (yang mengamalkannya itu). Dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu bid'ah yang menyesatkan yang tiada diridhai Allah dan RasuINya, maka dia akan menanggung dosanya seperti dosadosa orang yang mengamalkannya, tiada dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa orang yang mengamalkannya.'(Riwayat Tarmidzy) Ibnu Majah juga meriwayatkan suatu Hadis yang serupa ini dari Katsir bin Abdullah bin Amru, dari bapanya, dari datuknya.
Dari Amru bin Auf ra. bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: 'Sesungguhnya agama (Islam) itu akan kembali ke Hijaz, sebagaimana ular yang kembali ke dalam lobangnya. Lalu agama itu akan tertambat di Hijaz umpama tertambatnya unta-unta di puncak gunung. Sesungguhnya agama itu lahir asing (tidak dikenali orang), dan dia akan kembali asing seperti mula lahimya. Maka berbahagialah orang-orang asing itu (yakni kaum yang bukan Arab), kerana merekalah yang akan membetulkan apa yang dirusakkan manusia dari sunnatku sepeninggalku nanti."(Riwayat Tarmidzy)
Dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda: 'Akan berlaku ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi (melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada ummatku juga. Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada tujuh puluh dua kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada tujuh puluh tiga kaum, semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku!' (Riwayat Tarmidzy)

Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah berkata kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)

Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)

Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.

Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi صلى الله عليه وسلم katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!

Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi صلى الله عليه وسلم katanya: Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki syurga bersama-sama aku!

I. KHUTBAH RASULULLAH صلى الله عليه وسلم. LIMA HARI MENJELANG WAFAT


Lima hari menjelang wafat, Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpidato menerangkan keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه.. dibandingkan seluruh sahabat yang lainnya, ditambah lagi instruksi nabi dihadapan seluruh sahabat agar Abu Bakar رضي الله عنه. ditunjuk menjadi imam kaum muslimin dalam shalat. Mungkin khutbah nabi ini merupakan pengganti dari keinginan beliau untuk menuliskan wasiat siapa yang menjadi penggantinya, dalam khutbah ini Rasulullah صلى الله عليه وسلم. mandi sebelumnya kemudian keluar untuk shalat bersama kaum muslimin dan kemudian menyampaikan khutbahnya.
Hal yang pertama kali disebutnya setelah memuji Allah, adalah peri-hal orang-orang yang terbunuh di perang Uhud, maka beliau berdoa dan memohon ampunan untuk mereka. Kemudian beiau berkata,

"Wahai kaum Muhajirin sesunggunya jumlah kalian semakin banyak, sementara Anshar tetap sebagaimana adanya, dan sesungguhnya mereka adalah ibarat rumah tempat kembaliku, oleh karena itu hormatilah orang-orang yang mulia diantara mereka, dan maafkanlah orang-orang yang berbuat kesalahan dari mereka. Kemudian beliau melanjutkan,    "Wahai sekalian manusia sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh untuk memilih antara kekal di dunia atau memilih apa-apa yang ada di sisi Allah, maka dia memilih apa-apa yang ada di sisi Allah."

Maka ketika itu hanya Abu Bakar رضي الله عنه. yang faham dari sekian banyak para sahabat, dan beliau langsung menangis. Beliau berkata, "Tetapi kamilah yang menjadi tebusanmu  wahai Rasulullah saw. dengan diri kami, anak-anak maupun harta kami," maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم. menjawab, "Sebentar wahai Abu Bakarرضي الله عنه.!  Lihatlah ke arah pintu-pintu rumah yang mengarah ke masjid, maka tutuplah kecuali pintu Abu Bakar, aku tidak pernah mengetahui ada seseorang yang begitu mulia berteman denganku selain Abu Bakar."49 Imam Ahmad berkata, " Amir menyampaikan kepada kami, ia berkata, Fulaih menyampaikan kepada kami dari Salim Abu Nadhr dari Bisr bin Sa'id dari Abu Sa'id, dia berkata," Rasulullah صلى الله عليه وسلم.   pernah berpidato sembari berkata, " Sesungguhnya Allah menyuruh seorang hamba memilih antara dunia dan apa-apa yang dijanjikanNya di sisiNya, namun hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah."

Abu Sa'id رضي الله عنه berkata, "Seketika itu Abu Bakar menangis, dan kami heran kenapa beliau menangis, padahal Rasulullah saw. hanyalah menceritakan seorang hamba yang diberi pilihan. Namun akhirnya kami paham bahwa sebenarnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم. tahu siapa hamba yang dimaksud tersebut, karena itu maka Abu Bakarlah yang paling alim di antara kami."

Rasulullah صلى الله عليه وسلم. bersabda, "Andai saja aku dibolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan Islam dan kecintaan karenanya, maka jangan ada lagi rumah-rumah yang pintunya mengarah ke masjid dan hendaklah ditutup kecuali pintu Abu Bakar saja. "50

Dan Imam al-Bukhari juga meriwayatkan hadits ini dari jalan Abu Amir al-Aqadi رضي الله عنه dengan sanad yang sama.51
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari jalur Abdurrahman bin Sulaiman bin Hanzalah bin al-Ghasil dari Ikrimah dari Ibnu Abbas رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم. suatu hari keluar  dalam keadaan sakit yang membawanya wafat dengan mengikatkan kain di kepalanya yang ujungnya terjuntai di antara dua bahunya, beliau duduk diatas mimbar, kemudian menyebutkan khutbah tadi, di antara isinya wasiat agar berbuat baik terhadap kaum Anshar hingga akhirnya Ibnu Abbas berkata, "Itulah majelis dan khutbah terakhir Rasulullah saw.”52


II. Perintah Rasulullah Agar Abu Bakar رضي الله عنه  Menjadi Imam Bagi Para  Sahabat Dan Keluarnya Rasul Ikut Melaksanakan Shalat Di Belakangnya Dalam Beberapa Kesempatan


Imam Ahmad berkata, Ya'qub menyampaikan kepada kami, ia berkata, ayahku menyampaikan kepadaku dari Ibnu Ishaq, dia berkata, Ibnu Syihab al-Zuhri berkata, telah berkata kepadaku Abdul Malik bin Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Haris Ibnu Hisyam dari bapaknya dari Abdullah bin Zam'ah bin al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad رضي الله عنه, dia berkata, "Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم. sakit53 aku berada di sisinya bersama beberapa orang dari kaum muslimin, kemudian Bilal mengumandangkan adzan, maka Rasulullah saw. bersabda, " Perintahkan agar seseorang menjadi imam kaum muslimin." Maka aku keluar, dan di sana aku bertemu Umar, sementara Abu Bakar ketika itu tidak kelihatan, maka aku katakan kepada Umar, "Bangkitlah wahai Umar dan majulah anda menjadi imam shalat, maka Umar berdiri dan mulai bertakbir, tatkala Rasulullah saw. mendengar suara Umar -dan Umar terkenal dengan suara-nya yang keras- Rasulullah saw. berkata,
"Mana Abu Bakar? Sesunguhnya Allah dan kaum muslimin tidak akan rela hal ini, sesungguhnya Allah dan kaum muslimin tidak rela hal ini!"

Maka diutus orang untuk mencari Abu Bakar رضي الله عنه dan akhirnya beliau datang setelah Umar رضي الله عنه selesai melaksanakan shalat dan Abu Bakar kembali shalat mengimami manusia.
Abdullah bin Zam'ah رضي الله عنه berkata, "Umar berkata kepadaku, 'Celakalah engkau hai Ibnu Zam'ah apa yang telah kau perbuat terhadapku? Demi Allah aku tidak mengira apa yang kau perintahkan tadi adalah perintah Rasulullah saw., kalau aku tahu niscaya aku tidak akan pernah berani menjadi imam shalat!' Aku katakan, "Demi Allah aku tidak pernah diperintahkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. untuk nemilihmu, namun ketika kulihat Abu Bakar tidak ada maka engkulah ku-anggap yang lebih berhak untuk menjadi imam kami dalam shalat."54 Seperti inilah yang telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Ibnu Ishaq, dia rerkata, "Telah berkata kepadaku az-Zuhri55 dan Yunus meriwayatkannya dari Bukair dari Ibnu Ishaq dia berkata, telah berkata kepadaku Ya'qub bin Utbah dari Abu Bakar bin Abdurrahman dari Abdullah bin Zam'ah رضي الله عنه, kemu-dian dia menyebutkan hadits tersebut.56

Abu Dawud berkata, "Telah berkata kepada kami Ahmad bin Shalih dia berkata, Telah berkata kepada kami bin Abi Fudaik, dia berkata, telah berkata kepadaku Musa bin Ya'qub dari Abdurrahman Ibnu Ishaq dari bin Syihab dari Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bahwa Abdullah bin Zam'ah رضي الله عنه memberitahukannya tentang hadits ini, dia berkata, "Ketika Nabi mendengar suara Umar seketika Nabi keluar hingga mengeluarkan kepala beliau dari dalam kamarnya dan berkata, "Tidak... tidak... tidak hendaklah yang menjadi imam shalat Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar)!" Beliau mengucapkan hal itu sambil marah.57 

Imam al-Bukhari berkata, "Kami diberitahukan oleh Umar bin Hafs, dia berkata, telah berkata kepada kami Ayahku, dia berkata, telah berkata kepada kami al-A'masy dari Ibrahim. al-Aswad رضي الله عنه berkata, "Ketika Rasulullah saw. menderita penyakit yang membuatnya wafat, maka masuklah waktu shalat dan Bilal mulai mengumandangkan Adzan, kemudian Rasulullah saw. berkata,
"Perintahkanlah Abu Bakar agar menjadi imam manusial"

Ada di antara istri beliau yang berkata kepadanya, "Sesungguhnya Abu Bakar seorang yang gampang menangis, jika ia menggantikan posisimu sebagai imam dikhawatirkan ia tidak dapat melakukannya, namun Rasulullah saw. mengulangi kembali perintahnya dan mereka kembali memberi jawaban yang sama, hingga akhirnya Rasulullah saw. mengulangi tiga kali, sambil berkata kepada para istrinya, "
Sesungguhnya kalian sama saja dengan perempuan yang  menggoda Nabi Yusuf, perintahkan Abu Bakar agar menjadi Imam shalat!"

Maka keluarlah Abu Bakar رضي الله عنه sementara Nabi صلى الله عليه وسلم merasakan badannya agak lebih ringan, hingga akhirnya beliau turut dipapah dua orang lelaki, dan aku dapat melihat kakinya melangkah perlahan disebabkan sakit, kemudian Abu Bakar berkeinginan mundur namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم. mengisyaratkan agar ia tetap ditempatnya, kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم. dipapah hingga akhirnya shalat dalam keadaan duduk di sampingnya." Ada yang bertanya kepada A'masy," Apakah Nabi shalat menjadi Imam dan Abu Bakar mengikuti shalatnya sementara orang-orang shalat mengikuti Abu Bakar?" Maka dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya!"58 dan Imam al-Bukhari telah meriwayatkan kisah ini lebih dari satu tempat dalam kitabnya, demikian pula imam Muslim, an-Nasa'i, Ibnu Majah, melalui beberapa jalur dari A'masy.

Di antaranya ada yang diriwayatkan  al-Bukhari dari Qutaibah, dan Muslim dari Abu Bakr bin Syaibah dan Yahya bin Yahya dari Mu'awiyah.59


Imam al-Bukhari berkata, "Telah berkata kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia berkata, telah berkata kepada kami Malik dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Aisyah, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم. pernah berkata ketika beliau sakit, Perintahkan Abu Bakar agar shalat menjadi imam manusia."  Ibnu Syihab berkata, "Telah berkata kepadaku Ubaidullah bin Abdullah dari Aisyah bahwa dia berkata, "Aku telah membantah Rasulullah saw. dalam masalah ini, dan tidaklah aku berbuat demikian kecuali takut manusia akan merasa pesimis terhadap Abu Bakar, maka aku ingin agar Rasulullah saw. melimpahkan perintahnya kepada selain Abu Bakar.60


Dalam kitab Shahihain dari hadits Abdul Malik bin Umair dari Abu Burdah dari Abu Musa  رضي الله عنه dari Ayahnya, dia berkata, ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم. sakit dia berkata, "Perintahkan agar Abu Bakar menjadi imam manusia. Maka Aisyah رضي الله عنه menjawab, "Wahai Rasulullah saw. sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang lelaki yang halus perasaannya dan jika dia menggantikan posisimu niscaya dia tidak akan sanggup." Rasulullah صلى الله عليه وسلم. menjawab, "Perintahkan Abu Bakar agar menjadi imam sesungguhnya kalian sama saja seperti para wanita yang menggoda Nabi Yusuf!"
Maka Abu Bakar sejak itu menjadi imam shalat di masa Rasulullah saw. hidup.61

Imam Ahmad berkata, Telah berkata kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, dia berkata, "Kami diberitahu oleh Zaidah dari Musa bin Abi Aisyah dari Ubaidullah bin Abdillah, aku masuk menjumpai Aisyah dan kutanya-kan padanya, "Maukah anda menceritakan padaku perihal Rasulullah saw. sakit?" Ia berkata, "Ya, ketika penyakit beliau semakin berat, beliau berkata, "apakah orang-orang telah shalat?"    Kami katakan, "Belum! mereka menunggumu wahai Rasulullah saw.." Beliau berkata,    "Siramkan air ke dalam bejana!"62Kami segera melakukannya. Kemudian Rasulullah saw. mandi, ketika selesai beliau siap-siap berangkat namun akhirnya jatuh pingsan, tak berapa lama kemudian beliau kembali sadar dan bertanya, "Apakah orang-orang telah shalat?" Kami menjawab, "Belum, mereka menantimu wahai Rasulullah saw.!" Kemudian dia kembali berkata, "Tuangkan air buatku di bejana!" Maka kami kembali menuangkannya dan beliau kembali mandi, kemudian ketika bersiap-siap hendak keluar beliau jatuh pingsan lagi dan tak lama kemudian beliau sadar sambil bertanya, "Apakah orang-orang telah shalat?" Kami menjawab, "Belum, sebab mereka menanti anda Wahai Rasulullah saw.." Aisyah berkata, "Sementara orang-orang dalam keadaan hening di masjid sambil menanti kedatangan Rasulullah saw. untuk melaksanakan shalat Isya, maka Rasulullah saw. mengutus seseorang menjumpai Abu Bakar agar ia menjadi imam shalat." Dan Abu Bakar adalah seorang yang  lembut suaranya, maka ia berkata kepada Umar, "Wahai Umar majulah anda sebagai Imam shalat," Umar menjawab, "Anda lebih berhak untuk menjadi imam." Maka beberapa hari sejak itu Abu Bakar menjadi Imam shalat. Suatu hari Rasulullah saw. merasa badannya agak lebih ringan dari biasanya, maka beliau keluar dipapah dua orang lelaki, salah satunya Abbas untuk melaksanakan shalat Dzuhur, ketika Abu Bakar melihat keda-tangan Rasulullah saw. maka dia bersiap-siap untuk mundur, namun Rasulullah saw. perintahkan agar ia tetap di tempatnya, dan beliau memerintahkan kepada dua orang yang memapahnya tadi agar mendudukkan beliau di samping Abu Bakar, maka Abu Bakar shalat dalam berdiri sementara Rasulullah saw. shalat dalam keadaan duduk. Ubaidullah berkata, "Maka aku masuk menemui Ibnu Abbas dan berkata padanya, "Maukah engkau kuceritakan apa yang disam-paikan Aisyah tentang sakit Rasulullah saw.?" Dia berkata, "Coba ceritakan!" Maka aku menceritakan seluruhnya dan dia tidak sedikitpun mengingkari apa yang kuberitakan, kecuali satu pertanyaan, "Apakah ‘Aisyah ra. memberita-hukan kepadamu siapa nama lelaki yang memapah Rasulullah saw. bersama Abbas?" Kukatakan 'Tidak." Dia berkata, "Sesungguhnya ia adalah Ali. "63

Imam al-Bukhari berkata dalam shahihnya, "Telah berkata kepada kami Abul Yaman, dia berkata, telah berkata kepada kami Syu'aib dari az-Zuhri, dia berkata, telah berkata kepadaku Anas bin Malik, beliau adalah orang yang selalu mengiringi Nabi serta berkhidmat kepadanya, bahwa Abu Bakar shalat menjadi Imam mereka ketika Rasulullah saw. dalam keadaan sakit yang membawanya kepada kematian, maka pada hari Senin saat mereka sedang shalat berjama'ah, tiba-tiba Rasulullah saw. menyingkap tirai penutup rumahnya sambil melihat kepada kami. Wajah beliau putih laksana kertas dalam keadaan tersenyum lebar. Konsentrasi kami nyaris terganggu disebabkan perasaan senang dapat melihat Rasulullah saw. Abu Bakar mundur ke belakang untuk masuk ke dalam shaf dengan anggapan bahwa Nabi akan keluar mengimami shalat, namun Rasulullah saw. mengisyaratkan kepada kami agar melanjutkan shalat kemudian beliau menutup tirai penutup rumahnya."64 Akhirnya beliau wafat pada hari itu juga.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Sufyan bin Uyainah, dan Shabih bin Kaisan beserta Ma'mar dari Az-Zuhri dari Anas  . Kemudian Imam al-Bukhari berkata, "Telah berkata kepada kami Abu Ma'mar, dia berkata, telah berkata kepada kami Abdul Warits, dia berkata, telah berkata kepada kami Abdul Aziz dari Anas bin Malik, dia berkata, 'Sudah tiga hari Rasulullah saw. tidak dapat keluar menjadi imam shalat, maka pada hari ketiga setelah iqamat dikumandangkan, lantas Abu Bakar bersiap-siap untuk maju, namun Nabi berkata, 'Bukalah hijab rumah ini!' Ketika wajah Nabi muncul maka seketika kami merasa tidak ada pemandangan yang lebih indah dari wajah Nabi yang muncul kepada kami, namun beliau mengisyaratkan   agar Abu Bakar tetap menjadi Imam dan kemudian diakembali menutup kain rumahnya. Dan pada hari itulah beliau wafat."65Muslim66 meriwayatkannya dari hadits Abdus Shamad bin Abdul Warits dari ayahnya.
Ini merupakan dalil yang paling jelas bahwa Nabi  tidak shalat Subuh pada hari Senin bersama jama'ah. Dan beliau tidak dapat keluar rumah selama tiga hari. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa shalat beliau terakhir bersama jama'ah adalah shalat Dzuhur, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits ‘Aisyah ra. tadi. Dan hari itu adalah hari Kamis, bukan hari Sabtu dan bukan pula hari Ahad, sebagaimana yang diceritakan oleh al-Baihaqi dari Maghaazi Musa bin Uqbah dan dia adalah lemah67 setelah kami terangkan tentang khutbah beliau sesudah itu. Dan disebabkan beliau tidak menemui orang-orang sejak hari Jum'at, Sabtu dan Ahad, yaitu dalam tiga hari. Az-Zuhri berkata, diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Saburah68bahwa Abu Bakar shalat menjadi imam mereka sebanyak 17 kali shalat, ada yang mengatakan 20 kali shalat,    wallahu a’lam.    Kemudian mereka melihat wajah Rasulullah saw. yang mulia pada pagi hari Senin dan beliau melihat mereka untuk terakhir kalinya sebagai tatapan perpisahan yang hampir saja meng-ganggu shalat mereka. Itulah kali terakhir mayoritas para sahabat melihat beliau. Hal yang perlu
digaris bawahi di sini yaitu sikap Rasulullah saw. yang mengedepankan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sebagai imam bagi seluruh sahabat dalam shalat sebagai rukun terbesar dari bagian rukun Islam yang bersifat amaliyah.
Syeikh Abul Hasan al-Asya'ari berkata, "Perintah Rasulullah saw. memajukan Abu Bakar adalah suatu perkara yang jelas dalam agama Islam." la berkata, "Sikap Rasulullah saw. ketika mengedepankan Abu Bakar sebagi Imam shalat adalah pertanda bahwa beliaulah orang yang paling alim dari seluruh sahabat dan yang paling baik bacaannya, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits yang disepakati oleh ulama keshahihannya bahwa Rasulullah saw. ber-sabda, " Orang yang Berhak menjadi imam bagi suatu kaum adalah yang paling baik bacaannya terhadap kitab Alah, jika ternyata bacaannya sama baiknya, rnaka yang lebih berhak adalah orang yang lebih alim terhadap sunnah, dan jika ternyata mereka  sama alimnya maka yang didahulukan adalah yang lebih tua, dan jika ternyata usia mereka sama moka yang didahulukan yang lebih dahulu keislamannya."69
Ibnu Katsir berkata, "Ungkapan Abul Hasan al-Asy'ari"    ini sangat layak  untuk ditulis dengan tinta emas. Dan seluruh kriteria imam terkumpul dalam sosok Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Shalat Rasulullah saw. di belakangnya dalam beberapa kesempatan, sebagaimana yang telah kami terangkan sebelumnya tidak bertentangan dengan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan bahwa Abu Bakar bermakmum dibelakang Rasulullah saw. karena hal tersebut terjadi dalam kesempatan lain, sebagimana yang telah dijelaskan oleh Imam Syafi'i dan imam-imam lainnya."








49 Diriwayatkan oleh al-Ba¡haq¡ dalam Dala'il an-Nubuwwah 1IYI7 dari hadits Yunus dari Abu Ishaq dari Ayyub bin Basyir. Uqbah berkata, "Ini walaupun mi/rea/tetapi kandungannya terdapat semakna dengan hadits Ibnu Abbas tentang tanggal terjadinya khutbah ini dan peristiwa ini setelah Rasulullah saw. mandi, kemudian memberikan waisat kepada manusia sambil memberlkan kabar duka cita akan wafatnya dirinya kepada manusia." Ibnu Katsir berkata, "Ini adalah mursal dan memiliki banyak s/aVwo'Cpenguar.)." 5/229.
50 Musnad Ahmad, 3/18.
51 Shahih al-Bukhari, kitab al-Fadhail Bab Saddul abwab, 7/12 dari Fathul Barí
52 kitab al-Manaqib, bab Alamat an-Nubuwwah 6/628 dari Fathul Bari

53 penyakit parah yang membuat dirinya tidak lagi dapat berdiri
54 musnad Ahmad, 4/322
55 Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, Bab FiIstikhlaf AbiBakr, 5/47 hadits no. 4660
56 As-Sirah an-Nabawiyah, 2/652.
57 As-sunan, 5/48 hadits no 4661.
58 Shahih al-Bukhari, kitab as-Shalat, bab Hadal-Maridh an Yasyhadal-Jama'ah, 1/161 Cet. Turki.
59 Sahih Muslim no. 95, 96, 97 dari kitab ash-Shalat
60 Shahih al-Bukhari, kitab al-Maghazi, bab Maradh Rasulillah wa Wafatih/8/ 140 dari FathulBan

63 Musnad Ahmad 21/229 dari al-Fath ar-Rabbani, dan bandingkan dengan Shahih Muslim no. 90 dari kitab shalat 1/311, dan
Shahih al- Bukhari, bab had al-maridh an yasyhad al-jama'ah 1/ 161 Cet. turki
64 Shahih al-Bukhari, kitab al-maghazi, bab maradh rasulillah wawafatuh 8/143 dengan Fathul Bari
65 Shanih al-Bukhari, kitab shalat, bab ahlu al-ilm wal fadhl ahaqqu bial-imamah 1/166
66 Shanih Muslim no. 100 dari kitab shalat 1/315.

67 Ad-Dala'il an-Nubuwwah 7/ 193.
68 Abu Bakar bin Saburah adalah salan seorang yang ditlnggalkan riwayatnya (matruk), jika kita memlllh apa yang diplllh
oleh
Ibnu    Kasir, maka kita akan dapatl Abu Bakar telah shalat bersama kaum musllmin sebanyak 19 shalat, shalat ashar,
maghrib,
pada hari kamis dan tiga hari sebelumnya secara berturut-turut (jumat-sabtu dan ahad) serta fajar hari senin
69 Lihat Risalah al-Ibanah him. 67, beliau telah meyebutkan hal sepertl ini, dan hadits ini dlkeluarkan oleh Muslim dalam
Shahlhnya, kltab al-Masajid wa Mawadhi'ash-Shalat, bab Man Ahaqqu til Imamah, hadits no. 672, hadits ini juga memillkl
syahid sebagal penguat dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Malik bin al-Huwalrlts, kitab al-Adzan, bab Idza Istawau fi al-
Qira'ah Falyaummuhum Akbaruhum 2/170 lihat Fathul Barí.








 1. Abu Bakr Menangani Gerakan Pemurtadan
Meninggalnya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم pada tahun ke-11 hijrah telah me­ngantarkan Abu Bakr   رضي الله عنه sebagai pewaris negara Islam yang sedang mekar. Pada masa kegemilangan Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم  beberapa orang munafiq seperti Musailama al-Kadhab,82 memproklamasikan diri sebagai seorang nabi baru.83 Dengan me­ninggalnya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, pemurtadan terjadi di sebagian besar wilayah Madinah.84 Beberapa kepala suku yang merasa kehilangan kedudukan selama kehidupan Nabi Muhammad  صلى الله عليه وسلم mengikuti jejak Musailama ngaku-ngaku sebagai nabi baru, seperti Tulaiha bin Khuwailid dan seorang wanita yang mengaku sebagai nabi, seperti Sajah binti al-Harith bin Suwaid, pengikut agama Kristen.85
Keadaan sedemikian ruwet sehingga ‘Umar  رضي الله عنه menyarankan agar Abu Bakr  رضي الله عنه melakukan sikap kompromis untuk sementara waktu dengan mereka yang tak mau membayar zakat. la bersikeras clan menolak pendapat itu dan bahkan mengatakan, “Demi Allah, dengan sikap pasti, saya akan perangi setiap yang memutus shalat dari bayar zakat suatu keharusan bagi tiap orang kaya. Demi Allah, jika terdapat seutas benang pengikat- sebuah kosakata yang digunakan untuk mengikat kaki unta-yang telah ditentukan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk dikeluarkan zakat sedang mereka menolaknya, saya akan perangi perkara yang demikian.”86 Abu Bakr  رضي الله عنه berdiri sendiri dalam mempertahankan pendapat laksana gunung raksasa yang tak mungkin tergoyahkan sehingga tiap orang memihak padanya.

Dalam mengatasi penyelewengan, Abu Bakr  رضي الله عنه bergegas ke Dhul-Qassa, yang berjarak lebih kurang enam mil dari kota Madinah.87 Beliau memanggil seluruh pasukan militer yang ada dan membagi-bagi ke dalam sebelas resimen dilengkapi seorang komandan terkemuka pembawa panji pada setiap bagian dengan tujuan tertentu. Khalid bin al-Walid  رضي الله عنه ditugaskan mengatasi Tulaiha bin Khuwailid; `Ikrima putra Abu Jahl bersama Shurahbil untuk mengatasi Musailama; Muhajir putra Abu Umayyah ditugaskan menghadapi sisa-sisa kekuatan al-Aswad al-Ansari dan Hadramout; Khalid bin Sa’id bin al-’As   رضي الله عنهdiberi tugas mengatasi al-Hamqatain di perbatasan Syria, ‘Amr bin al-’As diberi tugas mengatasi Quza’ ah dan lainnya; Hudhaifa bin Mihsin al-Ghalafani  رضي الله عنه ditugaskan ke Daba di Teluk Aman; `Arfaja bin Harthama  رضي الله عنه ke Mahara; Turaifa bin Hajiz  رضي الله عنه kepada ban! Sulaim; Suwaid bin Muqarrin  رضي الله عنه pada Tahama di Yaman; al-’Ala’ bin al-Hadrami  رضي الله عنه diberi tugas ke Bahrain; dan Surahbil  رضي الله عنه bin Hasana ke daerah Yamama dan Quda’a.88
Di antara itu semua, barangkali. peperangan terbesar yang paling sengit adalah terjadi di Yamama melawan Musailama dengan jumlah pasukan melebihi empat puluh ribu di mana memiliki hubungan antarsuku terbesar di wilayah itu. Ikrima  رضي الله عنه pada mulanya diutus mengatasinya namun karena kemampuan yang terbatas ia dikirim ke wilayah lain. Shurahbil رضي الله عنه, yang ditugaskan membantu ‘Ikrima, diberitahukan agar menunggu kehadiran komandan baru, Khalid bin al-Walid, yang akhirnya menewaskan pasukan militer Musailama yang begitu mengagumkan.
Setelah penumpasan para pemberontak dan kembalinya semenanjung Arab di bawah pengawasan tentara Muslim, Abu Bakr menugaskan Khalid bin al-Walid  رضي الله عنه menuju Irak.89 Di sana mampu mengalahkan tentara Persia di Ubulla, Mazar, Ullais (pada bulan Safar tahun ke-12 Hijrah/bulan Mei tahun 633 Masehi). Walujah disulap menjadi sungai banjir darah (pada bulan yang sama), Amghisia, dan Hira (Dhul Qi’da pada tahun ke-12 Hijrah/Januari tahun 634 Masehi),90 tempat la mendirikan pusat pertahanan.91 Setelah Hira ia melaju ke Anbar (tahun 12 Hijrah/di musim semi tahun 633 Masehi) dan menemukan kota pertahanan dilindungi oleh parit-parit. Persyaratan perdamaian dapat diterima, akan tetapi ia terus menuju ‘Ain at-Tamr melintasi padang pasir selama tiga hari ke arah barat Anbar.92 Di sana terdapat musuh campuran antara orang Persia dan orang-orang Kristen Arab yang sebagian mereka pengikut seorang wanita yang mengaku menjadi nabi, bernama Sajah;93 dalam per­tempuran pasukan Kristen berperang lebih ganas dibanding tentara Persia. Keduanya kalah dan kota itu jatuh ke tangan kekuasaan umat Islam.

2. Pasukan Militer Menuju Suriah
Ditaklukkannya semenanjung Arab di akhir tahun ke-12 Hijrah (633 Masehi.), Abu Bakr  رضي الله عنه berencana menaklukkan Suriah. Dua pilihan komandan pertama, Khalid bin Said bin al-’As  رضي الله عنه diikuti oleh ‘Ikrima bin Abu Jahl  رضي الله عنه, berhasil secara memadai. Kawasan itu dibagi empat zon dengan komandan militer masing-masing: Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah  رضي الله عنه bertanggung jawab atas daerah Hims (di bagian Barat Suriah sekarang); Yazid bin Abi Sufyan bertanggung jawab atas Damaskus; ‘Amr bin al-’As bertanggung jawab atas Palestina dan Sharhabil bin Hasana terhadap Jordania.
Musuh-musuh Romawi bertindak serupa membuat empat resimen. Abu Bakr  رضي الله عنه kemudian mengubah strategi dan memerintahkan empat orang jendral agar bergabung bersama dan meminta Khalid bin al-Walid  رضي الله عنه mengambil langkah cepat menuju Suriah membawa separuh pasukan yang ada dan bertindak sebagai panglima militer. Di sana ia mendapat kemenangan yang luar biasa se­dang di tempat lain tentara Muslim melaju cepat menghadapi musuh-musuhnya.

3. Negara-Negara dan Provinsi yang ditaklukkan  pada Masa Kepemimpinan ‘Umar dan ‘Uthman
1)       Yarmuk atau Wacusa, 5 Rajab, tahun ke-13 Hijrah/Sept. 634 Masehi;
2)       Peperangan Qadisiya, Ramadan, tahun ke-14 Hijrah/Nov. 635 Masehi.
3)       Ba’alback, 25 Rabi Awwal, tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;
4)       Hims dan Qinnasrin ditaklukan pada tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;
5)       Palestina dan Quds (Jerusalem) dikuasai pada Rabi II, tahun ke-16 Hijrah/637 Masehi;
6)       Panaklukan Madian, tahun ke-I5 hingga ke-16 Hijrah/636-7 Masehi;
7)       Jazira (Ruha, Raqqa, Nasibain, Harran, Mardien) sebagian besar penduduknya terdiri orang Kristen, ditaklukkan pada tahun ke-18 hingga ke­20 Hijrah/639-40 Masehi;
8)       Penaklukan Persia: Nehavand, ke-19 hingga ke-20 Hijrah/640 Masehi;
9)       Mesir (tidak termasuk Iskandariya) pada tahun ke-20 Hijrah/640 Masehi;
10)   Iskandariyya pada tahun ke-21 Hijrah/641 Masehi;
11)   Barqa (Libya) pada tahun ke-22 Hijrah /643 Masehi;
12)   Tripoli (Libya) pada tahun ke-23 Hijrah/643 Masehi;
13)   Cyprus, pada tahun ke-27 Hijrah /647 Masehi;
14)   Armenia, pada tahun ke-29 Hijrah /649 Masehi;
15)   Dhat as-Sawari, pada tahun ke-31 Hijrah /651 Masehi;
16)   Azerbaijan, Deulaw, Marw (Merv), dan Sarakhs, pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi;
17)   Kirman, Sijistan, Khurasan, dan Balkh, juga pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi.
Setelah memerintah selama 395 tahun, tirai dinasti Sasanid jatuh ke tangan bangsa yang baru berusia tiga dasawarsa yang masih belum memiliki pengalaman administrasi dan peperangan yang dapat dibanggakan. Hal ini tidak mungkin terjadi melainkan bagi umat Islam yang memiliki keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, clan ketinggian agama-Nya.
Menurut Prof Hamidullah,94 daerah yang ditaklukkan selama 35 tahun setelah Hijrah (di akhir kekuasaan ‘Uthman) dibagi sebagai berikut:

Masa Nabi Muhammad
hingga tahun 11 hijriah
1,000,000
mil 2
Abu Bakr as-Siddiq
tahun 11-13 hijriah
200,000
mil 2
Umar bin al-Khattab
tahun 13-25 hijriah
1,500,000
mil 2
‘Uthman bin ‘Affan
tahun 25-35 hijriah
800,000
mil 2
Jumlah
3,500,000
mil 2


Nabi Musa dan kedua belas suku bangsa Israel berkelana di Gurun Sinai selama empat puluh tahun tidak lebih dari seratus mil sebagai siksaan karena tidak mengindahkan perintah Allah ; dalam masa yang singkat pasukan tentara Islam mampu menaklukkan tiga setengah juta mil persegi yang sekarang disebut dengan daerah Timur Tengah.

4. Kesimpulan
Di samping luasnya wilayah teritorial yang telah ditaklukkan oleh pasuk­an tentara Muslim, baik melalui peperangan maupun deputasi (pengutusan), Nabi Muhammad wafat mewariskan dua harta pusaka umat Islam: Kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah.95 Tugas mulia dilanjutkan oleh ribuan sahabat yang secara pribadi mengenal, tinggal, dan makan bersama beliau serta mengalami pedihnya rasa lapar, tanpa menghunus mata pisau pada pihaknya. Mereka telah berikrar janji setia dalam menghadapi berbagai kepentingan hidup tiap saat tanpa perasaan gentar sedikit pun. Kita hanya dapat menduga jumlah mereka yang kecil dan kita dapat membaca pengikut pasukan Musailama yang sebanyak empat puluh ribu hanyalah selusin di antara mereka yang terlibat dalam pertempuran dan menderita kekalahan tak berdaya.
Adalah tidak mungkin mereka menghadang enam ratus ribu pasukan tempur melintasi lautan beserta Nabi Musa, seperti tercatat dalam cerita exodus,96 akan tetapi jumlah besar seperti itu hanya berkelana tak menentu di sekitar gurun pasir di bawah terik matahari. Sedangkan para sahabat nabi mampu menuai berkah kemenangan yang luar biasa. Selama penjagaan dengan begitu ketat terhadap agama baru, seluruh sistem manajemen dibangun di atas fondasi Al-Qur’an dan Sunnah sehingga penyelewengan tidak diberi peluang berkembang: Lingkungan yang seperti itu membuktikan sikap setia terhadap pemeliharaan teks kitab umat Islam dalam bentuknya yang asli, seperti yang hendak kita lihat berikutnya.

82. Di wilayah Yamama, sebuah dataran tinggi di pusat timur jauh (north east) wilayah
semenanjung Arab.
83. Umumnya istilah apostasy merupakan sikap ingkar atau berpalingnya seseorang dari agamanya.
84. neberapa kalangan menolak membayar zakat pada pemerintahan pusat.
85. At-Tabari, Tarikh, iii:272.
86. Muslim, Sahih, Iman:32.
87. At-Tabari, Tarikh„ iii:248.
88. At-Tabari, Tarikh„ iii:249, lihat juga W. Muir, Annals of the Early Caliphate, hlm.l7-18.

89. Menurut sejarawan terkemuka, Khalifa bin Khayyat, peristiwa ini terjadi pada tahun ke-12 setelah hijrah (Tarikh, i:100).
90. H. Mones, Atlas of the History of Islam, az-Zahra, for Arab Mass Media, Cairo, 1987, hlm.128.
91. W. Muir, Annals of the Early Caliphate, hlm.81.
92. Ibid., hlm.85.

93. Ibid., hlm.85.
94. M. Hamidullah, al-Watha’iq as-Siyasiyya, hlm.498-99.
95. Sunnah merupakan tradisi otentik Nabi Muhammad, kesemuanya menyangkut ucapan dan perilaku (ditambah dengan aksi orang lain yang sesuai dengan izinnya). Ratusan ribu dari tradisi ini lahir dan satu tradisi diistilahkan dengan hadith.
96. Lihat hlm. 239

I. NASABNYA.

Nama Abu bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr(17) al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi صلى الله عليه وسلم pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim.(18 ) Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه digelari Atiq. Imam Thabari menye-butkan(19) dari jalur Ibnu Luhai'ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu'taq dan ketiga Utaiq.



II. KARAKTER FISIK DAN AKHLAKNYA,

Abu Bakar رضي الله عنه adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih.(20) ' Aisyah رضي الله عنه menerangkan karakter bapaknya, "Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya seialu turun dari pinggangnya), wajahnya seialu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan seialu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam."(21) Begitulah karakter fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, seialu memiliki ide-ide   yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar memiliki    azimah    (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara' dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterang-kan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.

III. KEISLAMANNYA
Abu Bakar رضي الله عنه adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah رضي الله عنه lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah رضي الله عنه adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. Ternyata keislaman Abu Bakar ra. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhan-nya dalam berdakwah.(22 ) Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidil-lah رضي الله عنه Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal رضي الله عنه. Beliau selalu mengiringi Rasulullah صلى الله عليه وسلم selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hij-rah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah صلى الله عليه وسلم baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.

IV. ISTRI-ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA(23)
Abu Bakar رضي الله عنه pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As'ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma'. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah ra. Beliau juga menikahi Asma' binti Umais bin Ma'add bin Taim al-Khats'amiyyah, dan sebelumnya Asma' diperisteri oleh Ja'far bin Abi Thalib رضي الله عنه. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar رضي الله عنه, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada' di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair رضي الله عنه dari Bani al-Haris bin al-Khazraj. Abu bakar رضي الله عنه pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh(24)hingga Rasulullah saw.  wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah صلى الله عليه وسلم Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah saw.

V. BEBERAPA CONTOH KETELADANAN DAN KEUTAMAANNYA

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha'il Shahabat.(25)
1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah saw. di Gua Dan Ketika Hijrah
Allah berfirman,
"Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluar-kannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, 'Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah: 40)

Aisyah, Abu Said dan Ibnu Abbas رضي الله عنه dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “ Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”

Diriwayatkan dari al-Barra' bin 'Azib رضي الله عنه, ia berkata, "Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada 'Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut." Maka 'Azib berkata, "Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah saw. ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian." Abu Bakar berkata, "Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi صلى الله عليه وسلم kemudian kukatakan padanya, "Istirahat-lah wahai Nabi Allah." Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengin-tai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, "Siapa tuannmu wahai budak?" Dia menja-wab, "Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy." Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, "Apakah kambingmu memiliki susu?" Dia menjawab, "Ya!" lantas kukatakan, "Maukah engkau memeras untuk kami?" Dia menjawab, "Ya!" Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar member-sihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi saw. dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, "Minumlah wahai Rasulullah saw.." Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, "Bukan-kah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah saw.?" Beliau menjawab, "Ya!" Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju'syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah, "Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah saw.," namun beliau menjawab,"Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita."

Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar beliau berkata, "Kukatakan kepada Nabi saw ketika kami berada dalam gua, 'Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.' Rasul menjawab,"Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga."

2) Abu Bakar رضي الله عنه Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
Abu Sa'id al-Khudri رضي الله عنه berkata, "Suatu ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkhutbah dihadapan manusia dan berkata,"Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada disisi Allah." Abu Sa'id رضي الله عنه berkata, "Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah saw. hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم. sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم. bersabda,"Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja
aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar رضي الله عنه, namun cukuplah persaudaraan se-lslam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja."
Diriwayatkan dari Aisyah   رضي الله عنه   istri Rasulullah صلى الله عليه وسلم. ia berkata, "Ketika Rasulullah saw. wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh- Ismail berkata, "Yaitu sebuah kampung, maka Umar berdiri dan berpidato, "Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw. tidak meninggal. ‘Aisyah ra. melanjutkan, Kemudian Umar رضي الله عنه berkata, "Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akari membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangán mereka (yang menga-takan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar رضي الله عنه menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah saw. serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada di-tanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya."

Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, "Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!" Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, "Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad صلى الله عليه وسلم maka beliau se-karang telah wafat,
dan  barangsiapa yang menyembah Allah maka sesung guhnya Allah akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau memba-cakan ayat,

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)." (Az-Zumar: 30).

Dan ayat,

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali-Imran: 144).

Ismail رضي الله عنه berkata, "Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa'ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa'idah dan mereka berpendapat, "Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir." Maka segera Abu Bakar, Umar bin al-Khaththabdan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka, Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya untuk diam, Umar berkata, "Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar." Kemudian Abu Bakar bepidato dan perkataarnnya sungguh mengena, beliau berkata, "Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir." Maka Hubab bin Munzir berkata, "Tidak Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula." Abu Bakar menja-wab, "Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedu-dukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai'at Umar ataupun Abu Ubaidah." Maka spontan Umar menja-wab, "Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai'at engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah saw. daripada kami." Maka Umar segera meraih tangán Abu Bakar dan membai'atnya akhirnya orang-orangpun turut membaiatnya pula.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah رضي الله عنه ia berkata, "Pandangan Nabi menengadah keatas dan berkata, "Tetapi Yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A'la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3X. ‘Aisyah ra. melanjutkan, "Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia, profile Umar yang tegas berhasil membuat  orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepriba-diannya Allah menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم. setelah membacakan ayat,
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran :144).


3) Abu Bakar رضي الله عنه Adalah Sahabat Yang Paling Utama
Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah  رضي الله عنهdia berkata, "Kutanyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah saw." Maka beliau menjawab, "Abu Bakar!" Kemudian kutanyakan lagi, "Siapa setelahnya?" Beliau menjawab, "Umar." Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, "Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, "Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin."

4) Kedudukan Abu Bakar  رضي الله عنه di Sisi Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنه dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم. beliau bersabda, ”Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilih Abu bakar sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku." Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, "Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, "Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyebutkan perihal dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan, "Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنه dari Nabi saw ” Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im dari bapaknya dia berkata, "Pernah seorang wanita mendatangi Nabi, kemudian beliau menyuruh-nya kembali datang menghadapnya, maka wanita itu bertanya, "Bagaimana jika kelak aku datang namun tidak lagi menjumpaimu -seolah-olah ia meng-isyaratkan setelah rasul wafat- maka Rasulullah saw. berkata,"Jika engkau tidak menjumpaiku maka datangilah Abu Bakar."

Diriwayatkan dari Abu Darda رضي الله عنه"Aku sedang duduk bersama Nabi tiba-tiba muncullah Abu Bakar sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya, maka Nabi berkata, "'Sesungguhnya teman kalian ini sedang kesal maka berilah salam atasnya." Maka Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah saw., antara aku dan Ibnu al-Khaththab terjadi perselisihan, maka aku segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar mema-afkan aku namun dia enggan menerima permohonanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang." Rasulullah saw. menjawab, "Semoga Allah mengam-punimu wahai Abu Bakar." Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannyadan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, "Apakah di dalam ada Abu Bakar?" Namun keluarganya menjawab, tidak, Umar segera mendatangi Rasulullah saw. sementara wajah Rasulullah saw. terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan terhadap Umar dan memohon sambil duduk diatas kedua lututnya, "Wahai Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah -dua kali-," Maka Rasulullah saw.  berkata, "Sesungguhnya aku telah diutus Allah kepada kalian namun kalian mengatakan, "Engkau pendusta!" Sementara Abu Bakar berkata, "Engkau benar " Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku ?" Setelah itu Abu Bakar tidak pernah lagi di sakiti."

5)  Abu Bakar رضي الله عنه Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu Mendampingi Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, "Aku melihat Rasulullah saw. pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar."

6)  Orang yang Paling Dicintai Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Abu Utsman رضي الله عنه dia berkata, "Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah saw. pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, "Siapakah orang yang paling kau cintai? Maka Rasulullah saw. menjawab, '"Aisyah!" Kemudian kutanyakan lagi, "Dari kalangan laki-laki?" Rasul  صلى الله عليه وسلم menjawab, "Bapaknya." Kemudian kutanyakan lagi, "Siapa setelah itu?" Dia menjawab, "Umar!" Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan beberapa orang lelaki".

7) Imán dan Keyakinannya yang Kuat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه  dia berkata, "Aku pernah men-dengar Rasulullah saw. berkata,    "Ketika seorang pengembala sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan pengembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba serigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata, 'Siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada pengembala selain diriku Dan ketika seorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, ' Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah untuk membajak.' Orang-orang berkata, 'Subhanallah!' Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, ' Sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar dan Umar mengimaninya pula'."

Diriwayatkan dari Abdullah   Ibnu Umar رضي الله عنه dia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda," Barangsiapa menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat."

Maka Abu bakar رضي الله عنه berkata, "Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkarmya, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan."

8)Kemauannya yang Tinggi
Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata," Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda," Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, "Wahai Harnba Allah inilahke-baikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, ' Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah saw.?' Rasulullah صلى الله عليه وسلم. menjawab, ' Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."

9)Keberkahan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه  dan Keluarganya

Diriwayatkan dari ‘Aisyah رضي الله عنه dia berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم. menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak menda-pati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah saw. berhenti dan manusia pun berhenti bersa-manya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya.' Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah saw. berbaring meletakkan kepala-nya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, 'Engkau telah menahan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya'." ‘Aisyah ra. berkata, "Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangan-nya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah saw. terganggu    tidurnya,
sementara  Rasululullah masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum,

'Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).'(An-Nisa': 43).

Usa'id bin Hudhair رضي الله عنه berkata, "Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar." Maka ‘Aisyah رضي الله عنه. berkata, "Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya."

10) Berita Gembira Untuknya Sebagai Penghuni Surga
Diriwayatkan dari Sa'id bin Musayyab رضي الله عنه dia berkata, "Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy'ari bahwa suatu hari dia berwudhu' di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, "Aku harus mengiringi Rasulullah saw. hari ini."Beliau berangkat ke mesjid dan bertanya di mana Nabi saw, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajat, maka aku segera pergi beru-saha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris, maka aku duduk di pintu -dan ketika itu pintunya terbuat dari pelepah kurma- hingga beliau menyelesaikan buang hajat dan setelah itu berwudhu, maka akupun berdiri berjalan ke arahnya ternyata beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, "Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah saw. Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan, "Siapa itu?" Dia menjawab, "Abu Bakar!" Maka kukatakan padanya, "Tunggu sebentar!" Aku segera datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya padanya, "Wahai Rasulullah saw., ada Abu Bakar
datang dan minta izin masuk!" Rasulullah saw.  berkata, "Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga."Maka aku berangkat menujunya dan berkata, "Masuklah sesungguhnya Rasulullah saw. memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga." Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah saw. sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan dia menyingkap kedua betisnya ............................hingga akhir kisah."

Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik رضي الله عنه  dia pernah bercerita bahwa Nabi pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, رضي الله عنه maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah saw. lang-sung berkata, "Diamlah woahai Uhud sesunggnhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq ra. dan dua syahid."

11) Sepak Terjangnya dalam Membela RasuIullah saw.
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair رضي الله عنه dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru  tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan RasuIuUah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu'ith mendatangi Nabi  yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata,"Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).

VI. JASA-JASA ABU BAKAR رضي الله عنه
Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه. adalah sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah sepanjang hidupnya baik di Makkah maupun di Madinah. Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم. sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya para senior sahabat masuk memeluk Islam seperti Usman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah رضي الله عنه. Setia mendampingi Rasulullah saw. dalam menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang di siksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy. Zinnirah, Nahdiyyah رضي الله عنه dan kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Muammal(27) Beliaulah yang menemani Nabi di kala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah saw. seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Penaklukan kota Makkah, Hunain, Tabuk dan pertempuran besar lainnya. Setelah menjabat sebagai khalifah maka beliaulah yang berrugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah saw. maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang di antaranya,

1- Instruksinya agar jenazah Rasulullah saw., diurus hingga dikebumikan.
2- Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah   yang sebelum-nya telah dipersiapkan Rasulullah saw.  sebelum wafat, sebagaimana kelak akan diterangkan secara rinci.
3- Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
4- Memerintahkan untuk mengumpulkan teks Al-Qur’an
Ibnu Katsir berkata, "Pada tahun 12 H Abu Bakar ash-Shiddiq ra. memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengkumpulkan al-Qur'an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari' penghafal al-Qur'an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitabShahih al-Bukhari(28). Imam al-Bukhari berkata(29), Bab Pengumpulan al-Qur'an kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin as- Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit pernah berkata, "Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengirim kepadaku surat tentang orang-orang yang terbunuh diperang Yamamah, ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin al-Khaththab berada di sampingnya, maka Abu Bakar berkata, "Umar mendatangiku dan berkata, "Sesungguhnya banyak para    Qurra'    penghafal al-Qur'an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari' yang masih hidüp kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat al-Qur'an, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur'an." Aku bertanya kepada Umar, "Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah saw.?" Umar menjawab, "Demi Allah, ini adalah kebaikan!" Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuksegera melaksanakannya, akhirnya akupun setuju dengan pendapat Umar Zaid bin Tsabit   berkata, "Kemudian Abu Bakar berkata padaku, "Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah saw., maka carilah seluruh ayat al-Qur'an yang berserakan dan kumpulkanlah." Berkata Zaid, "Demi Allah jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung tentu-lah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar agar aku mengumpulkan al-Qur'an." Aku bertanya, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah saw.  Dia berkata, "Demi Allah ini adalah suatu kebaikan!" Dan Abu Bakar  terus berusaha meyakinkan aku hingga akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada
mereka berdua Maka aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur'an yang ditulis di daun-daunan, kulit maupun dari hafalan para penghafal al-Qur'an, hingga akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari, yang tidak kudapatkan dari selainnya, yaitu ayat:

"Sesungguhmja telah datang kepndamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu." (At-Taubah: 128). Hingga akhir surat al-Bara'ah.

Kemudian al-Qur'an yang telah dikum-ulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Setelah itu berpindah ke tangán Umar  رضي الله عنهsewaktu hidup-nya, dan akhirnya berpindah ketangán Hafshah binti Umar, Imam al-Bukhari berkata, Ibnu Syihab berkata, Telah berkata kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit, bahwasanya dia mendengar Zaid berkata, "Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat al-Ahzab ketika kami menulis al-Qur'an ke dalam satu mushaf, sementara aku pernah mendengarkan Rasulullah saw. membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut ada pada Khuzaimah bin Tsabit al-Anshari,
" Di  antara orang-orang mu' min itu ada orang-orang yang menepati apa yang
mereka janjikan kepada Allah." (Al-Ahzab: 23).
Maka segera kami sisipkan ke tempatnya di dalam mushaf.


5- Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan firman Allah SWT
"Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari padamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa." (At-Taubah: 123).
Sebagaimana yang akan diterangkan secara  rinci insya Allah di pasal keempat dan kelima.


VII. QADHI, SEKRETARIS DAN PEMUNGUT ZAKAT DI MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR

Sebelum Abu Bakarرضي الله عنه diangkat sebagai khalifah, profesi beliau dalam mencari nafkah adalah seorang pedagang, setelah dilantik sebagai khalifah maka sebagaimana biasanya beliau berangkat ke pasar untuk berdagang, dijalan beliau bertemu dengan umar bin al-Khaththab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, keduanya menghampirinya dan berkata, "Profesimu sebagai pedagang kini sudah tídak sesuai lagi sejak engkau mengemban amanat yang amat besar ini." Abu Bakar ash- Shiddiq ra. menjawab, "Jika tídak dengan berda-gang seperti ini bagaimana aku dapat menghidupi anak istriku?" Keduanya menjawab, "Mari ikut kami agar kami siapkan untukmu gaji."
Maka sejak itu Abu Bakar رضي الله عنه diberi upah setengah kambing dan dijamin baginya pakaian beserta sandang pangan, Umar berkata, Biarlah aku yang mengurusi masalah qadha peradilan), selanjutnya Abu Ubaidah رضي الله عنه berkata, "Serahkan kepadaku urusan pajak." Umar berkata, "Sejak aku menjabat sebagi Qadhi di peradilan, selama sebulan penuh aku duduk menganggur tídak satupun terjadi persengketaan antara dua orang."(30 )Dan yang menjadi sekretaris dan juru tulisnya adalah Zaid bin Tsabit, Usman bin Affan atau siapa yang hadir ketika itu di sisinya. Adapun gubernur untuk wilayah Makkah adalah Itab bin Sa'id, untuk wilayah Tha'if adalah Usman bin Abi al-Ash, untuk wilayah adalah Shan'a Muhajir bin Abi Umayyah, untuk wilayah Hadramaut adalah Ziyad bin Lubaid, untuk wilayah Khaulan adalah Ya'la bin Umayyah, untuk wilayah Zubeid dan Rima'(31) adalah Abu Musa al-Asy'ari, untuk wilayah al-Janad(32)adalah Mu'adz bin Jabal, untuk wilayah Bahrain adalah ai-Ala' bin al-Hadrami. Beliau juga mengutus Jabir bin Abdillah al-Bajalli ke Najran, Abdullah bin Tsaur -salah seorang dari Bani al-Ghauts- diutus ke daerah Jurasy(33), kemudian beliau mengutus Iyadh bin Ghanm al-Fahri ke Daumatul Jandal, wilayah Syam diserahkan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Syarahbil bin Hasanah, Yazid bin Abu Sufyan, Amru bin al-Ash, seluruhnya adalah pemimipin pasukan di bawah satu komandan yaitu Khalid bin Walid.(34) Ketika itu Abu Bakr belum mendirikan baitul mal secara independen, melainkan hanyalah mengambil sebuah kamar kecil di rumahnya yang berada di sanuh, ketika salah seorang sahabat berkata padanya, "Tidakkah engkau memerlukan penjaga Baitul mal tersebut?" Dia menjawab, "Tidak, sebab kamar tersebut memiliki gembok yang terkunci. Namun ketika beliau pindah ke rumahnya yang di samping masjid Nabawi maka beliau harus memindahkan baitul mal tersebut ke sana. Ketika Abu Bakar wafat, maka Umar membuat para penjaga baitul mal secara khusus, ketika baitul mal di buka tenyata mereka tidak menemukan apapun.(35)

VIII. USIA DAN WAFAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ رضي الله عنه
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata(36), "Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه. wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib (malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat. Ketika sakit beliau menuliskan wasiatnya agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin al- Khaththab رضي الله عنه dan yang menjadi juru tulis waktu itu adalah Usman bin Affan رضي الله عنه, Setelah surat selesai segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.(37) Masa kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3 bulan38, dan beliau wafat pada usia 63 tahun(39) persis dengan usia Nabi, akhirnya Allah me-ngumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengum-pulkan mereka dalam kehidupan. Sebelum wafat beliau telah mewasiatkan agar seperlima dari hartanya disedekahkan sembari berkata,"Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari harta fai' kaum muslimin.(40) Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, "Maukah anda jika kami carikan seorang dokter?" Maka spontan dia menja-wab, "Dia telah melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata, "Sesungguh-nya Aku akan berbuat apa-apa yang Kukehendaki(.41) Disebutkan bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat bahwa beliau dan al- Harits -seorang dokter yang masyhur- pernah memakan    khazirah(42)yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan daging itu berkata al-Harits, "Angkatlah tangán anda wahai Khalifah Rasulullah saw., demi Allah sesungguhnya   daging   ini telah beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya, sejak itu keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.(43) Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya beliau karena mandi pada waktu musim dingin yang bersengatan, yang membuat beliau demam lalu wafat karena itu. Dalam keadaan sakit beliau melantunkan sebuah bait syair, Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas kematian kekasihmu Hingga kini engkaulah yang akan merasakan kematian itu Banyak orang memüiki cita-cita Namun kematian jualah yang menghadang segalanya.(44)

Ketika sakaratul maut    pertanda ajal yang akan menjemputnya datang, putrinya ' Aisyah رضي الله عنه -Ummul mukminin- membacakan sebuah bait syair, Sesungguhnya tidak guna kekayaan bagi seseorang Ketika dada terasa sempit dan susah bernafas. Mendengar itu beliau memandang kepada ‘Aisyah ra. seolah-olah marah dan
berkata, "Jangan katakan demikian wahai Ummul mukminin, namun katakan, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (Qaf: 19).
Di antara wasiat beliau kepada ‘Aisyah رضي الله عنه, Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar. Ketika ‘Aisyah ra. menunaikan wasiat itu kepada Umar رضي الله عنه ,maka Umar berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.(45) Ketika Salman al-Farisi datang menjenguknya, Salman berkata, "Wahai Khalifah Rasulullah saw. berikan aku wasiat, sebab kulihat engkau tidak akan dapat lagi melakukannya setelah hari ini." Maka Abu Bakar menjawab, Wahai Salman, pasti akan terjadi penaklukan (negeri-negeri kafir) tapi aku tidak pernah mengetahui apa-apa yang engkau peroleh dari bagianmu kecuali apa-apa yang dapat engkau makan dan engkau masukkan ke dalam perutmu, atau apa-apa yang dapat kau kenakan di atas punggungmu (pakainmu), dan ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang mengerjakan shalat lima waktu, maka dia telah berada dalam lindungan Allah pada pagi hari maupun sore harinya, dan jangan sampai engkau membunuh seorang ahli dzimmah, maka kelak Allah pasti akan menuntutmu dihari kiamat dan mencampakkan dirimu dalam keadaan tersungkur dengan wajahmu ke dalam neraka.(46) Ibn Sa'ad menyebutkan dengan sanadnya dari al-Qashim bin Muhammad dia berkata, "Abu Bakar  رضي الله عنه dikafankan dalam dua kain, kain yang berwarna putih, dan satu lagi berwarna lain, beliau berpesan, 'Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain dari orang yang telah mati, sebab kain kafan hanyalah menutup apa-apa yang akan keluar dari hidung maupun mulutnya."(47)

Beliau dimakamkan bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. dalam kamar (Aisyahرضي الله عنه) dan beliau dishalatkan oleh Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه Beliaulah  yang  pertama  kali  diangkat  oleh  Rasulullah  صلى الله عليه وسلم.  sebagai  amir dalam pelaksanaan ibadah haji pertama dalam Islam yaitu pada tahun 9 H, dan pada tahun berikutnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم. baru melaksanakan ibadah haji Wada'. Ketika beliau diangkat menjadi khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk menjadi amir haji pada tahun 11 H, dan tahun berikutnya barulah beliau berangkat haji.(48)



footnote :
16 Ibnu Katsir tidak menuliskan biografi ash-Shiddiq ra., teapi beliau hanya memeberikan petunjuk dalam kitabnya al- Bidayah wan Nlhayah kepada sebuah kitab yang dlkarangnya khusus membahas kehldupan Abu Bakar, harl-hannya, hadits dan hukum-hukum yang diriwayatkannya. Namun saya tidak mendapatkan buku ini. Akhirnya terpaksa harus saya kumpulkan secara ringkas mengai biografinya dari Thabaqat Ibnu Sa’ad, Tarikh ath-Thabari dan Shahih al-Bukhari

17 Thabaqat Ibnu Sa'ad 3/ 169, Tarikh ath-Thabari, 3/ 425.

18 Ibid.
19 Tarikh ath-Thabari, 3/425
20 Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/188
21 Ibid, 1/188, semakna dengan perkataan ini terdapat dalam ath-Thabari, 3/524.

22 Lihat al-Bldayah wan Nihayah, 3/26
23 Lihat Thabaqatlbnu Sa'ad, 3/169,174 dan Tarikh ath-Thabarí, ZI426
24 Nama tempat yang berada di Awal al-Mad¡nah, di situlah perkampungan Bani al-Harits bin al-Khazraj.
(Mu'jam al-Buldan
3/265).
25 Lihat Shahih al-Bukhari, 4/189-197 (cetakan Istambul 1979 M).
26 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah 1/317
27 Ibid 1/393
28 Al-Bidayah wan Nihayah, 6/353
29    Ibnu Hajar, Fathul Baril/ÍO    Kitab    Fadhail al-Qur'an.    Abu Khuzaimah al-Ansari yang disebutkan dalam haditst
pertama,Dukan Khuzaimah bin Tsabit al-Ansari yang pernah dua kali Syahld, sebagaimana yang telah diterangkan oleh
al-Hafizh Ibnu IbnuHajar dalam syarahnya pada hadits yang pertama 9/15
30 Ibnu Sa'ad, ath-Thabaqat al-Kubra 3/184 dengan sanad yang para perawinya tsiqah namun sanadnya mursal. Setelah itu día
berusaha menyebutkan riwayat lairtnya sebagai syahid (penguat). Adapun perkataan Umar, "Serahkan padaku urusan
Qadha." dan perkataan Abu Ubaidah, "Serahkan kepadaku uruan pajak." Maka ¡ni memiliki syahid (penguat) yang
diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra 1/87.
31 Al-Haflzh berkata dalam al-Fath 13/129, "Sanadnya kuat."
32 Rima', ñama sebuah lembah di Yaman di samping Wadi Zubid dan di bawah Rima' terdapat telaga kecil yang disebut dengan
Ghassan. (Mu'jam al-Buldan, 3/68).
33 A-janad, yaitu salah satu dari istana Yaman dan tempat berdiamnya penguasa. {Mu'jamal-Buldan2/169). Jjrasy, yaitu
salah satu dari istana Yaman dari arah Makkah, dan konon wilayah ini merupakan kota besar dalam kekuasaan jenguasa
yang lúas. {Mu'jam al-Buldan, 2/126).
34 Lmat Tarikh ath-Thabari 3/426 dan setelahnya
35 Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/203
36 Al-Bidayah wan Nihayah, 7/18.
37 Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/202, Tarikh ath-Thabari, 3/420
38 Lihat Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/202, Tarikh ath-Thabari3/420 dan dia menambahkan masa kekhalifahannya lebih sepuluh
hari, adapun Ibnu Katsir menghapuskan hitungan malam hari, dan Ibnu Sa'ad ada juga menyebutkan pendapat lainnya.
39 Ibnu Sa'ad, dan ini dlsepakati 3/202.
40 Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/194
41 Ibid, 3/198
42 Yaitu daging yang telah lewat satu hari, yang dicampur dengan tepung setelah dlmasak . (Al-Usan, 4ITÍ7).
43 szazat al-Kubra, 3/198. 193.
44 ' Ibid 3/193, dengan sanad la ba'sa (tidak mengapa).
45 ' Ibid 3/192, dengan sanad shahih
46 ' Ibid 3/193, dengan sanad la ba'sa (tidak mengapa).
47 Ibid 3/204, dengan sanad yang shahih. Dan dia menyebutkan riwayat lain seputar masalah ini
 


free counters

Translate Blog

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Page on Facebook

Statistic

100 Blog Indonesia Terbaik Religion Blogs TopOfBlogs Top Blogs Powered by Stats 21 Yahoo bot last visit powered by  Ybotvisit.com
clock

ShoutMix chat widget